Wednesday, February 22, 2017

Classroom-Based Assessment (Penilaian Berbasis Kelas)



 Assalaamu'alaykum,, Selamat datang di Belajar Online belajar kreatif dalam menuntut ilmu pengetahuaan, kali ini belajar online akan membahas tentang Classroom-Based Assessment (Penilaian Berbasis Kelas), langsung kita ke pembahsannya, Lets Goo !!!



A. Pengertian Classroom-Based Assessment (Penilaian Berbasis Kelas)
 
Menurut Cross (1973) dalam Sukardi (2008: 1) evaluation is a process which determines the extent to which objectives have been achieved. Maksudnya evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai. Sedangkan menurut undang–undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 57 ayat 1, evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak–pihak yang berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan. (Sukardi. 2008: 1). Menurut Linn dkk., (1995: 5) dalam (http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/penilian-berbasis-kelas. html). Asesmen kelas merupakan suatu istilah umum yang meliputi prosedur yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang pembelajaran peserta didik (pengamatan, tingkat performans, tes tertulis) untuk dijadikan sebagai pertimbangan dalam pemberian nilai dengan memperhatikan kemajuan belajarnya.
 
Sedangkan Depdikbud (1994) dalam (Zainal Arifin. 2009: 4) mengatakan bahwa penilaian atau assessment adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat kami simpulkan bahwa penilaian atau assessment adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik  dalam rangka membuat keputusan – keputusan berdasarkan criteria dan pertimbangan tertentu.
 
Sunarto dalam (http://sunartombs.wordpress.com/2009/ 09/08/ penilaian-berbasis-kelas-atau-penilaian-otentik/) mengatakan penilaian berbasis kelas ini bisa dipandang sebagai proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil-hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Dan dalam (http://tomindflys.blogspot.com/2009/01/penilaian-berbasis-kelas. html) dikatakan bahwa penilaian berbasis kelas yaitu suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten, serta mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar pada mata pelajaran yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus telah dicapai disertai dengan petunjuk kemajuan belajar peserta didik dan pelapornya.
 
Sedangkan ahli lain mengatakan bahwa classroom–based assessment atau penilaian berbasis kelas dapat diartikan sebagai suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan data dan informasi tentang hasil belajar peserta didik untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. (Ziainal Arifin. 2009: 180). Dikatakan juga oleh Masnur Muslich (2007: 91) bahwa penilaian berbasis kelas merupakan suatu kegiatan pengumpulan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan guru yang bersangkutan sehingga penilaian tersebut akan “mengukur apa yang akan diukur” dari siswa.
 
Dari berbagai pendapat ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa classroom-based assessment adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan data dan informasi tentang hasil belajar peserta didik untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
 
Menurut Zainal Arifin (2009: 181) bahwa dalam classroom-based assessment terdapat empat kegiatan pokok yang harus dilakukan guru yaitu:
 
a.    Mengumpulkan data dan informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik.
b.    Menggunakan data dan informasi tentang hasil belajar  peserta didik.
c.    Membuat keputusan yang tepat
d.    Membuat laporan sebagai bentuk akuntabiltas publik.
 
Pengumpulan data dan informasi dapat dilakukan dalam suasana formal maupun tidak formal, di dalam kelas atau di luar kelas. Jika data dan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik telah terkumpul dalam jumlah yang memadai, maka guru perlu menggunakannya untuk membuat keputusan tentang hasil belajar peserta didik.
 
B.    Tujuan dan Fungsi Classroom-Based Assessment (Penilaian Berbasis Kelas)

Tujuan umum classroom-based assessment adalah untuk memberikan penghargaan terhadap pencapaia hasil belajar peserta didik dan memperbaiki program dan kegiatan pembelajaran.
Dalam dokumen kurikulum berbasis kompetensi (2002) dalam Zainal Arifin (2009: 182) dikemukakan bahwa tujuan classroom-based assessment adalah untuk memberikan:
 
•    Informasi tentang kemajuan hasil belajar peserta didik secara individual dalam mencapai tujuan belajar sesuai dengan kegiatan belajar yang dilakukannya.
 
•    Informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan belajar lebih lanjut, baik secara kelompok maupun perorangan
 
•    Informasi yang dapat digunakan oleh guru dan peserta didik untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik, menetapkan tingkat kesulitan/kemudahan untuk melaksanakan kegiatan remedial, pendalaman atau pengayaan
 
•    Motivasi belajar peserta didik dengan cara memberikan informasi tentang kemajuannya dan merangsangnya untuk melakukan usaha pemantapan atau perbaikan
 
•    Informasi semua aspek kemajuan peserta didik dan pada gilirannya guru dapat membantu pertumbuhannya secara efektif untuk menjadi anggota masyarakat dan pribadi yang utuh
 
•    Bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan yang sesuai dengan keterampilan, minat dan kemampuanya.
 
Fungsi classroom-based assessment bagi peserta didik dan guru adalah untuk: 

•    Membantu peserta didik dalam mewujudkan dirinya dengan mengubah atau mengembangkan perilakunya ke arah yang lebih baik dan maju.
 
•    Membantu peserta didik mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya
 
•    Membantu guru menetapkan apakah strategi metode, dan media mengaja yang digunakannya telah memadai,
 
•    Membantu guru dalam membuat pertimbangan dan keputusan administrasi

C.   Prinsip–Prinsip Classroom-Based Assessment
 
Pusat kurikulum balitbang depdiknas (2002) dalam Zainal Arifin (2009: 187) menjelaskan bahwa secara umum classroom-based assessment harus memenuhi prinsip–prinsip: valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh dan bermakna.

•    Valid (tepat)
Valid yaitu alat ukur yang digunakan dalam classroom-based assessment harus betul–betul mengukur apa yang hendak diukur.
 
•    Mendidik
Banyak proses dan kegiatan penilaian yang dilakukan guru membuat peserta didik menjadi ketakutan. Apalagi jika peserta didik memperoleh nilai (angka) kecil. Padahal angka yang tinggi bukan menjadi tujuan penilaian. Di dalam classroom-based assessment guru harus dapat memberikan penghargaan, motivasi dan upaya–upaya mendidik lainnya kepada peserta didik yang kurang berhasil serta membangkitkan semangat bagi peserta didik yang berhasil harus dapat memahami bahwa hasil yang dicapai merupakan suatu pembelajaran.
 
•    Berorientasi Pada Kompetensi
Classroom-based assessment dilakukan dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indicator pencapaian hasil belajar yang  telah ditetapkan kurikulum berbasis kompetensi.
 
•    Adil dan Objektif
Adil dan objektif memang mudah diucapkan, tetapi susah dilaksanakn karena assessment itu sendiri adalah manusia biasa, yang tidak luput dari factor subjektivitas. Namun guru sebagai penilai tetap harus dituntut berbuat adil dan bersikap objektif terhadap semua peserta didik.
 
•    Terbuka
System dan hasil classroom-based assessment tidak boleh disembunyikan atau dirahasiakan oleh guru. Apa pun format dan model penilaian yang digunakan harus terbukan dan diketahui oleh semua pihak, termasuk criteria dalam membuat keputusan.
 
•    Berkesinambungan
Classroom-based assessment tidak hanya dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran saja, tetapi harus dimulai dari awal sampai akhir pembelajaran, terencana, bertahap, dan berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan agar hasil belajar peserta didik dapat diperoleh secara utuh dan komperehensif.
 
•    Menyeluruh
Assessment terhadap proses dan hasil belajar peserta didik harus  dilakukan secara menyeluruh, utuh, dan tuntas, baik yang berkenaan dengan domain kognitif, afektif maupun prikomotorik. Begitu juga dengan jenis prosedur, dan teknik assessment yang digunakan, termasuk berbagai bukti autentik hasil belajar peserta didik.
 
•    Bermakna
Classroom-based assessment harus memberikan makna kepada berbagai pihak untuk melihat tingkat perkembangan penguasaan kompetensi peserta didik sehingga hasil assessment dapat ditindaklanjuti, terutama bagi guru, orang tua, dan peserta didik.
 
D.  Jenis–Jenis Classroom-Based Assessment
 
Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004) dalam Zainal Arifin (2009: 190) mengemukakan jenis jenis classroom-based assessment, yaitu: tes tertulis, tes perbuatan, pemberian tugas, performance assessment, penilaian proyek, penilaian hasil kerja peserta didik (product assessment) penilaian sikap dan penilaian portofolio.
 
1)    Tes Tertulis.
 
Tes tertulis meupakan alat classroom-based assessment yang penyajian maupun penggunaannya dalam bentuk tertulis. Peserta didik memberikan jawaban atas pertanyaan atau pernyataan maupun tanggapan atas pertanyaan atau pernyataan yang diberikan. Tes tertulis dapat berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, isian singkat, dan uraian. Tes tertulis biasanya sangat cocok untuk hampir semua kompetensi yang terdapat dalam kurikulum.
 
2)    Tes Perbuatan.
 
Tes perbuatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung yang memungkinkan terjadinya praktik, pengamatan dilakukan terhadap perilaku peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung.


3)    Pemberian Tugas.
 
Pemberian tugas dilakukan untuk semua mata pelajaran mulai dari awal kelas sampai dengan akhir kelas sesuai dengan materi pelajaran dan perkembangan peserta didik.
 
4)    Penilaian Proyek
 
Penilaian proyek adalah penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu.
 
5)    Penilaian Produk
 
Penilaian hasil kerja (produk) adalah peserta didik adalah penilaian terhadap penguasaan keterampilan peserta didik dalam membuat suatu produk dan penilaian kualitas hasil kerja tertentu.
 
6)    Penilaian Sikap
 
Penilaian sikap dapat dilakukan berkaitan dengan berbagai objek sikap, seperti sikap terhadap mata pelajaran, sikap terhadap guru, sikap terhadap proses pembelajaran, sikap terhadap materi pelajaran, sikap berhubungan dengan nilai–nilai yang ingin ditanamkan dalam diri peserta didik melalui materi tertentu.
 
Selanjutnya, pusat Balitbang Depdiknas (2002) mengemukakan seperangkat alat penilaian dan jenis tagihan yang dapat digunakan dalam penilaian berbasis kelas, antara lain “kuis, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas, laporan praktik atau laporan praktikum, dan response atau ujian praktik”.

1)    Kuis digunakan untuk menanyakan hal–hal prinsip dari pelajaran yang lalu secara singkat, bentuknya berupa isian singkat, dan dilakukan sebelum pelajaran dimulai.
 
2)    Pertanyaan lisan di kelas, digunakan untuk mengungkap penguasaan peserta didik tentang pemahaman konsep, prinsip, atau teorema.
 
3)    Ulangan harian dilakukan secara periodik pada akhir pengembangan kompetensi.
 
4)    Tugas individu dilakukan secara periodic untuk diselesaikan oleh setiap peserta didik dalam waktu tertentu dan dapat berupa tugas rumah.
 
5)    Tugas kelompok digunakan untuk menilai kemampuan kerja kelompok dalam upaya pemecahan masalah.
 
6)    Ulangan semester digunakan untuk menilai ketuntasan penguasaan kompetensi pada akhir program semester.
 
7)    Ulangan kenaikan kelas digunakan untuk mengetahui ketuntasan peserta didik menguasai materi dalam satu tahun ajaran.
 
8)    Laporan kerja praktik atau laporan praktikum digunakan untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya.
 
9)    Response atau ujian praktik digunakan untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya.
 
E.   Bentuk dan Teknik Classroom-Based Assessment

Masnur Muslich (2009:95) mengemukakan bahwa ada berbagai bentuk dan teknik yang dilakukan dalam classroom-based assessment,
yaitu: penilaian kinerja, penilaian penugasan, dan penilaian tes tertulis.
 
1.    Penilaian Kinerja
 
Penilaian kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi.
 
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penilaian kinerja adalah:
•    Identifikasikan semua aspek penting
•    Tuliskan kemampuan khusus yang  diperlukan
•    Usahakan kemampuan yang akan dinilai dapat teramati dan tidak terlalu banyak.
•    Urutkan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan yang akan diamati
•    Apabila menggunakan rating scale perlu menyediakan kriteria untuk setiap pilihan.
 
Penilaian kinerja dapat menggunakan dua kemungkinan instrumen, yaitu:
•    Daftar cek (ya dan tidak)
•    Skala rentang (sangat kompeten, kompeten, agak kompeten, tidak kompeten)
(Masnur Muslich. 2009: 96)
 
2.    Penilaian Penugasan atau Proyek
Zainal arifin (2009: 191) mengatakan bahwa penilaian penugasan atau peoyek adalah penilaian penilaian terhadap tugas yang harus.diselesaikan dalam waktu tertentu.
 
Masnur Muslich (2009:107) mengemukakan langkah-langkah penilaian penugasan sebagai berikut:
•    Merencanakan penilaian
•    Merancang spesifikasi penugasan
•    Melaksanakan pencatatan kegiatan oleh siswa
•    Melaksanakan pelaporan hasil kegiatan oleh guru
 
3.    Penilaian Tes Tertulis
 
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Zainal Arifin (2009: 190) mengakatakan bahwa tes tertulis merupakan alat penilaian berbasis kelas yang penyajian maupun penggunaannya dalam bentuk tertulis.
 
Masnur Muslich (2009:117) mengatakan ada dua bentuk soal tes tertulis yaitu:
 
a.    Soal dengan memilih jawaban
-    Pilihan ganda
-    Dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
-    Menjodohkan
 
b.    Soal dengan mensuplai jawaban
-    Isian atau melengkapi
-    Jawaban singkat atau pendek
-    Soal uraian
 

Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Sedangkan tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan gagasan tersebut dalam bentuk uraian.



Sekian dulu untuk materi atau pembahasan kali ini tentang Classroom-Based Assessment (Penilaian Berbasis Kelas) mudah-mudahan ada manfaatnya, Trimaksih

0 comments:

Post a Comment