Belajar Itu Wajib !!!

Belajar merupakan hal yang sangat penting bagi manusia untuk meningkatkan kemampuan dirinya

Terasa Mudah dan menyenangkan dengan Belajar Online

Mudah-mudahan bisa mempermudah dan membantu para pembaca dan semoga dapat mencerdaskan generasi Bangsa.

Out Of The Box

Jangan Hanya menghandalakan ilmu yang akan kita dapatkan di pendidikan formal, karna diluar pendidikan formal terdapat ilmu pengetahuan yang sangat luas.

Belajar yang menyenangkan

pembelajaran akan terasa lebih mudah apabila proses pembelajarn yang kita lakukan menyenangkan ! .

Manfaatkan kemajuan Technologi!!!

Dengan kemajuan technologi sekarang ini kiat bisa memproleh ilmu pengetahuaan yang seluas-luasnya.

Thursday, September 29, 2016

Kepemimpinan dalam pendidikan



A.    Pengertian Kepemimpinan 

untuk mengkaji lebih dalam tentang kepemimpinan dalam pendidikan maka perlu kita ketahui bahwa pemimpin adalah terjemahan leader/head/manager, yang juga disebut “manajer/kepala/ketua/direktur/presiden dan lain-lain, tegasnya setiap orang yang mempunyai bawahannya.  Pemakaian istilah ini tergantung kepada kebiasaan atau kesenangan setiap organisasi, jadi tidak perlu diperdebatkan
 
Faktor yang paling penting dalam kegiatan menggerakkan orang-orang lain untuk menjalankan kegiatan administrasi adalah kepemimpinan (leadership).  Sebab kepemimpinanlah yang menentukan arah dan tujuan, memberikan bimbingan dan menciptakan iklim kerja yang mendukung pelaksanaan proses administrasi secara keseluruhan. Kesalahan dalam kepemimpinan dapat mengakibatkan gagalnya organisasi dalam menjalankan misinya.
 
Untuk memperluas pandangan terhadap pengertian kepemimpinan, maka dalam mendefinisikan kepemimpinan para ahli berbeda-beda, seperti dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirdjo sebagai berikut :
Kepemimpinana dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian (personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuataun atau wibawa, yang demikian rupa sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang di kehendakinya.
 
Berdasarkan pandangan di atas dapat disimpul bahwa kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkain kemampuan dan sifa-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka menyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebeankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta meras tidak terpaksa.
Berdasarkan beberapa batasan tersebut di atas bisa kita garisbawahi kepemimpinana atau kegiatan memimpin merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk : mempengaruhi, mendorong, mengarahkan, dan menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
 
Sementara itu, dari pengertian kepemimpinan di atas penyusun mencoba memberikan batasan pengertian kepemimpinan (leadership) adalah proses kegiatan seseorang yang memiliki seni/kemampuan untuk mempengaruhi, mengkoordinasikan dan menggerakkan individu-individu supaya timbul kerjasama secara teratur dalam upaya mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan/dirumuskan. Sedangkan kepemimpinan kependidikan yaitu proses kegiatan mempengaruhi, menggerakkan dan mengkoordinasikan individu-individu, organisasi/lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
 
B.    Fungsi Kepemimpinan
 
Fungsi kepemimpinan secara umum dapat dilihat dari uraian dibawah ini, yaitu:
 
1.    Mengemban dan menyalurkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat, baik secara perseorangan maupun kelompok sebagai usaha mengumpulkan data/ bahan dari anggota kelompok/organisasi/lembaga dalam menetapkan keputusan yang mampu memenuhi aspirasi di dalam kelompok/organisasi/lembaganya. Dengan demikian keputusan akan dipandang sebagai suatu yang patut atau tepat untuk dilaksanakan oleh setiap anggota dalam rangka mencapai tujuan besama.
 
2.    Mengembangkan suasana kerjasma yang efiktif dengna memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap kemampuan orang-orang yang dipimpin sehingga timbul kepercayaan [ad dirinya sendiri dan kesediaan menghargai orang lain sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dalam bekerja setiap orang mengetahui kedudukan dan fungsi masing-masing sehingga mampu memainkan peranan yang tepat dalam ikut serta memberikan sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan, baik secara perseorangan maupun melalui proses kerjasama.
 
3.    Mengusahakan dan mendorong terjadinya pertemuan pendapat/buah pikiran dengan sikap harga menhargai sehingga timbul perasaan ikut terlibat di dalam kegiatan kelompok/oganisasi/lembaga dan tumbuh perasaan bertanggung jawab atas terwujudnya pekerjaan masing-masing sebagai bagian dari usaha pencapaian tujuan.
 
4.    Membantu menyelesaikan masalah-masalah, baik yang dihadapi secara perseorangan maupun kelompok dengan memberikan petunjuk-petunjuk dalam mengatasinya sehingga berkembang kesediaan untuk memecahkan dengan kemampuan sendiri. Termasuk juga dlam hal ini adalah mendorong kemamapuan anggota untuk mengatsi masalah peningkatan kesejahteraan dalam rangka menciptakan modal kerja yang tinggi.
 
C.    Model-Model Kepemimpinan
 
Ada tiga model kepemimpinan yang akan kami bahas dimana model-model tersebut aalah sebagai berikut: 
 
1.    Model kepemimpinan kontigensi Fielder
 
Mode kepmimpinan ini di kembangkan oleh Fred E. Fielder, ia berpendapat bahwa keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya di tentukan oleh suatu gaya kepemimpinan yang di terapkan, denga kata lain tidak ada seorang pemimpin yang dapat berhasil hanya dengan menerapkan satu macam gaya untuk semua situasi , seorang pemimpin akan cendrung berhasil apabila menerapkan gaya kepemimpinan yang berlainan untuk menghadapi situasi yang berlainan. Menurut pendekatan ini ada tiga variable efektif tidaknya kepemimpinan yaitu:
 
a.    Hubungan antara pemimpin dengan yang di pimpin merupakan variable yang terpenting dalam menentukan situasi yang menguntungkan.
 
b.    Derajat struktur tugas merupakan masukan kedua sangat penting bagi situasi yang menguntungkan.
 
c.    Kedudukan penguasaan pemimpin yang di proleh melalui wewenang formal merupakan dimensi penting ketiga dari situasi.
 
2.    Model kepemimpinan tiga dimensi 
 
Model ini di kemukakan oleh Wiliam J.Reddin, model ini dinamakan three-dimensional model karena dalam pendekatannya menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpinan yaitu : gaya dasar, gaya efektif dan gaya tak efektif. 
 
3.    Model kontinum berdasarkan banyaknya peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan
 
Mengembang model ini adalah Vroom dan Yetton keduanya berpendapat bahwa ada dua macam kondisi utama yang dapat dijadikan dasar bagi pemimpin untuk mengikutsertakan atau tidak bawahan dalam pembuatan putusan. Dua macam kondisi tersebut adalah tingkat keefektifn teknis di antara para bawahan dan tingkat motivasi serta dukungan para bawahan.
 
D.    Tipe-Tipe Kepemimpinan

1.    Watak Kepemimpinan (Traits of Leadership)

Secara umum, studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya, kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi mereka, dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill 1974).
 
Ketidakberhasilan sudi tentang kepemimpinan pada masa awal dikarenakan tidak adanya hubungan yang jelas antara watak pribadi pemimpin dan kepemipinan sehingga para peneliti mencari faktor-faktor lain (selain watak) yang diharapkan dapat secara tegas menerangkan perbedaan antara pemimpin dan pengikut.
 
2.    Kepemimpinan Situasional
 
Tipe kepemimpinan situasional merupakan pengembangan tipe watak kepemimpinan dengan memfokuskan pada faktor situasi sebagai variabel utama kemampuan memimpin.  Identifikasi karekteristik situasi atau keadaan dilakukan sebagai faktor utama penentu keberhasilan seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efesien.
 
Hencley (1973) menyatakan bahwa faktor situasi lebih menentukan keberhasilan seorang pemimpin dibandingkan dengan watak pribadinya. Dalam pendekatan kepemimpin situasional ini, seseorang bisa dianggap sebagai pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan yang dihadapi.
 
3.    Pemimpin yang Efektif (Effective Leaders)
 
Pemimpin yang Efektif (Effective Leaders) adalah pemimpin yang aggotanya  dapat merasakan bahwa kebutuhan mereka terpenuhi, baik kebutuhan bekerja, motivasi, rekreasi, kesehatan, sandang , pangan, tempat tinggal, mupun kebutuhan lainnya yang pantas didapatkannya. Pendek kata, semua kebutuhan anggota dalam organisasi terpenuhi dengan baik.
 
    Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menata kelembagaan organisasinya secara terstruktur, mempunyai hubungan persahabatan yang sangat baik, saling percaya, saling menghargai, dan senatiasa hangat dengan bawahannya. Helpin (1966), Blake dan Mouton (1985) menyatakan bahwa tingkah laku pemimpin yang efektif cenderung menunjukkan kinerja yang tinggi terhadap dua aspek, yaitu struktur kelembagaan  dan konsiderasi.
 
4.    Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Leadership)
Kepemimpinan Kontingensi lebih memfokuskan perhatiannya pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy dan Miskel 1987).  Disini fiedler (1967) menyatakan ada 3 faktor utama yang dapat mempengaruhi efektivitas pemimpin berdasarkan kesesuian situasi. Ketiga faktor tersebut meliputi hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader member-realition). Struktur tugas (the tax sructur) dan kekuatan posisi (position power).
 
        Model kontingensi yang lain,Path-Goal Tbeory,yang dikemukakan oleh House(1997) berpendapet bahwa efektivitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dan karateristik situasi.House membagi tingkah laku pemimpin dalam empat kelompok:supportive leadership(menunjukan perhatian terhadap kesejahteraan bawhan dan menciptakan iklim kerja yang bersahabat;directive leadership(mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai dangan peratuan,prosedur,dan petunjuk yang ada),participative ledership(konsultan dan bawahan dalam pengambilan keputusan dan acbiepement-oriented ledership(meenetukan tujuan organisasi yang menetang dan menekan perlunya kinerja yang memuaskan).
 
    Kepemimpinan kontigensi memang dianggep lebih sempurna dari tipe-tipe sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi.Kelemahan dari kepemimpinan kontigensi adalah ketidakmampun dalam menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin, dan pariabel situasional.
 
5.    Kepemimpinan Transformasional (Transformatjukan  Leadership)
 
Burns(1978) salah satu yang memppelopori tori kepemiminan transformasional secara ekslisit mendefinisikan pentingya seorang pemimpin menekankan motivasi para bawahannya untuk melakukan tanggung jawab mereka lebih dari yang mereka harapkan.  Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunkasikan dan menartikulasikan visi oraganisasi dan bawahannya harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimin.
 
Pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai sentral dan strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya pemimpin yang transformasional harus mempunyai bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari apa yang mereka butuhkan.
 
Bass dan Avolio (1994) dalam bukunya yang berjudul Improving Orgaztional Effectifness through Transformational Leadership mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai 4 dimensi yang disebut sebagai”The Four I’S”. Dimensi pertama disebut idealizd influene (pengaruh ideal) yang menggambarkan perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi,menghormati, dan sekaligus mempercayainya.Dimensi kedua disebut insprational motivation (motivasi inspirasi),yang menjelaskan pimpian transformasional sebagai pimpinan yang mampu mengartikulasi pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan, mendemonstrasikan  komitmennya terhadap keseluruhan organisasi melalui  penumbuhan antusiasmi  dan optimesme. Dimensi yang ketiga intellectual stimulation (stimulasi intelektual).Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi  bawahannya, dan memberikan motivasi  kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan yang baru melaksanakan tugas-tugas organisasi. Dimensi yang terakhir disebut individualized consideration (konsiderasi individu).  Pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan yang secara khusus  mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan penembangan karir.
 
D.    Gaya Kepemimpinan
 
1.    Pemimpin visioner
 
Pemimpin visioner menumbuhkan  geteran yang sanggup memberikan  sesen tentang impian  yang inggin dicapai .pemimpin visoner mengajak orang-orang membicarakan tentang harapan masa depan, dan merasakan belas kasisah  dan dedikasih yang mereka rasakan.  Ia bahkan menyuarkan  nilai-nilai bersama  dalam mengartikan visi organisasi yang kompleks .lebh jauh pemimpin vision mampu member ruh  dalam tubuh organisasi yang dipimpinnya. 
 
   Kemafaatan yang lebih akan didapatkan dalam diri seorang pemimpin visioner  antara lain bertahanya  karyawan – karyawan terbain  yang sejala dengan  tune in nya nilai ,tujuan dan misi organisasi secara kolektif.organisasi yang sehat akan menyadarih bahwa visik dan misinya menawarkan yang berbeda dan unik terhadap idividu yang ttrlibat didalamnya .ddenngan memberikan  gambaran tugas kolektif dalam menncapai visi yang lebih besar,cara ini erumuskan  standar umpan balik mekanisme kerja yang melingkar di sekitar visi tadi.
 
   Kepemimpinan visioner bisa memaksimalkan pontesi organisasi  tau lembaga untuk tujuan  janga panjang , karena dengan pendekatan  visioner inilahyang paling efektif untuk mencapai tujuan  bersama.setiap pekerjaanyang dilakukan sehari –hari  seras memberinafas yang berbeda memacu semangat untuk mencapai tujuan  bersama tersebut selaras dengan cita – cita kolekstif  yang dibangun .
 
2.    Karakteristik pemimpin visoner
 
Dalam banya penelitian di bidang psokologi ,temuan terbaru mencatat bahwa kecerdasan emosi memberikan yang lebih besar terhadap keberhasilan seseorang . Inspirasional yang merupakan bagian dari  kecerdasan emosional merupakan salah satu. ciri pemimpin visioner dengan gaya visioner nya bisa memberikan inspirasi dan menumbuhkan kepercayaan diri,kesadaran diri, dan empati terhadap  orang – orang yang dipimpinya .dari pemimpin visioner ini  bisa mensinergiskan  berbagai kepentingan dan dapat dibimbing menuju visi tersebut dengan tegas .kepercayaan diri,kesadaran diri, dan empati dijadikan katalis untuk mengarahkan ,merubah ,dan tangggap terhadap berbagai resiko yang akan mengirinngi perubahan organisasi .
 
 Ciri lainya dari pemimpin visioner adalah transprasnsi-transpransi  terhadap informasi yang yang berkaitan pencapaian visi organisasi memberikan ruang pada orang – orang di semua tingkatan organisasi merasa  ikut  dilibatkan .penyebaran pengetahuan akan dilakukan oleh pemimpin visioner  secara terbuka dan diskik ursif  untuk meraih sukses  bersama .secara umum kredibilitas seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi  perkembangan organisasi .
 
       Di akui bahwa gaya kepemimpinan visioner ini membrikan dampak ppositif yang cukup kuat ketika organisasi mengalami stagnasi  atau membutuhkan visi kontra produktif .dalam sebuah kasus  misalnya ,pemimpin yang masih usia muda  mempunyai cita – cita yang besar menenkankan agar bawahnya berusaha keras agar target tercapai .
 
3.    Gaya pemimbing
 
  Melakukan pembicaraan secara personal atau dari hati ke hati dengan bawahan merupakan  gaya eorang pemimpin pemimbing.  Dia tidak sekedar  membicarakan kegiatan sehari – hari di organisasi tapi juga mengetuk hati s seseorang dengan lebih dalam denngan  bertanya apa impian – impiannya ,tujuan hidupnnya ,dan harapan karrilnya .para pemimpin  umumnya jarang menunjukangaya pemimbing ini karena brbagai alasan yang secara rasional bisa dibenarkan.
 
    Walaupun gaya pemimbing ini lebih berfokus pada perkembangan personal,buka pencapaian  tujjuan secara kolektif .gaya pemimbing ini mampu memberikan respon emosi positif dan hasil yang lebih baik terhadap perkembangan  organisasi secara menyeluruh .karena dengan gaya ini akhirnnya terbentuk  ikatan dan kepercayaan yang tinggi ,mereka merasa benar – benar dibutuhkan dan tidak hanya dijadkan alat untuk menyelesaikan pekerjaan .
 
    Terjalinya ikatan dan kepercayaan yang tinggi tadi seorang pemimbing  tidak segan – segan mendelegasikan sebuah pekerjaan ,disampakan untuk memberikan pelajaran  baru sebagai pengembang diiri.motivasi atau dorongan yang diberikan mampu memberikan harapan   baru yang bersangkutan .dengan begitu,kebututuan yang terjadi dalam organisasi akan cepat diatasi sehingga performa organisasi semakin mantap.
 
4.    Karakteristik pemimpin pemimbibing
 
Kesadaran diri (emosi ) dan empati  merupakan kecerdasan emosi yang memungkinkan seseorang pemimpin bertindak sebagai penasihat ,mengali tujuan ,dan nilai – nilai bawahnya dengan  secara tekun memb antu mereka untuk mengembangkannya sembangun endiri .kemampuan pemimpin mendengarkan keluhan masalah  yang dihadapi bawahannya  akan  membangun pola hubungan  yang tidak hanya sekedar ‘’saya atasan’’dan ‘’kamu bawahan’’.pemimbimbing yang baik akan menginformasikan dan  mengkomunikasi sesuatu sebelumnya tiadk disadari   oleh  bawahannya  bahwa potensi yang dimiliki  bawahan tersebut akan berdampak  pada keingnan yang kuat unntuk melakukan yang terbaik .kepedlian yang tinggi secara tidak langsung menjadi suntikan motivasi  pada mereka untuk memiliki standar kinerja yang tinggi dan merasa bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukan .
 
5.    Gaya pembangun hubungan ( Afiliatif)
 
Keterbukaan terhadap berbagai masalah yang yang di hadapi baik perseorangan maupun oraganisasi merupakan gaya seorang pemimpin afliatif  .gaya ini cenderun lebih menekangkan  pada harmonisasi ,penguatan moral memperprbaikan komunikasi   dan kepercayaan yang dibanggun .
 
   Meskipun indektif dengan gaya kepemiminan yang lemah  , kepemimpinan  afiliatif mampu menjebatani berbagai keinginan dalam kelompok .memang ketika emimpin mengadalkan  pendekatan alfiatif yang terjadi pekerjaan yang menjadi  nomor dua setelah  perasaan .gaya seperti ini secara berlebihan  akan menngurangi sikap kritis  seseorang cenderungan  penghindaran  terhadap konf ortasi  dan mengambaikan korektif  dapat  membelokkan organisasi menuju kegagalan .
 
6.    Karakteristik pemimpin afiliatif
 
  Gaya aliliatif mencerminkan seorang pemimpin berupa untuk membangun kolaborasi tim yang baik.  Empati seorang pemimpin afiliatif memungkingkan bahwannya  tetap senang karena ia peduli  pada orang secara keseluruhan dan tidak hanya pada tanngunngjawab  pekerjaan mereka .pemimpin afiliatif  menjadi penut ketika perlu  pengelolaan konflikte  terhadap upaya  mennyatukan perbedan – perbedaan yang muncul  atau menyatukan oranng – orang  yang terlibat konflik kedalam kelompok kerja  yang harmonis .
 
7.    Gaya demokratis
 
Pemimpin demokratis  akan melakukan  upaya – upaya persuasif  dalam mengembali  keputusan tertentu. Suasana egaliter dalam mendiskusikan, mendengarkan berbagai  sara maupun krtikan yang masuk untuk mencapai  persetujuan (mufakat ),dapat menumbhkan  rasa percaya dan penghormatan (komitme )
     Nilai – nilai demokrasi  (kejujuran , keadilan ,akuntabel, dan transpara ) menjadi cerminan perilaku pemimpin  demokratis .gaya  demokratif sangat bermanfaat  untuk memancing  ide – ide segar tentang cara terbaik bagaiman menerankan visi dan cara – cara terbaru bagaiman melaksanakanya.
 
     Gaya demokrasi ttentu juga memiliki kelemahan dalam sebuah kasus ,misalnya dalam sebuah  rapat mengamanatkan pimpinan harus menganbil keputusan secara cepat ,hal ini sulit dilakukan  karena harus  menampung semua semua ide (gagasan ) , saran maupun kritik yang ada sehinnganya yang terjadi rapat cenderun berlarut – larut dan melelahkan keputusan yang diambil tetap samar,mengagendakan  rapat berikutnnya .bisa dibayangkan  disaat genting, pemimpin menundakeputusan – keputusan pentig  akan munculkan banyak resiko .
 
8.    Gaya penentu kecepatan
 
   Gaya ini menceritakan bahwa pemimpinadalah seorang yang  obsesif .segalah sesuatu bisa dilakukan dengan lebih  baik dan lebih cepat yang sesuai dengan standar kkinerja  yang tinggi .pemimpin denngan gaya  seperti akan mudah memarahi bawahan yang bikenerja buru, menuntut lebih  pada mereka  dan  apabila tercapai  target,dia sendiri akan melakukannya .
 
     Gaya penentu kecepatan ini apabiala diterapkan  secara buruk  maka pemimpin tidak saja kekurangan visi  tetapi juga empati .seringkali terjadi seperrang - orang ti ini hannya terfokus  pada tujuan ,mengharapkan orang – orang sudah tahu apa yang harus dikerjakan sehingga yang Nampak adalah ketidakpedulian pada orang – orang yang sebenarnya mereka andalkan untuk mencapai tujuan tersebut .
9.    Gaya memerintah
 
Gaya mememrintah atau lebih sering disebut gaya intimidasi ,memungkinkan seorang pemimpin menuntut kepatuhan yang total .pemimpin tidak mau menjelaskan  apa dan bagaimanacara menjelaskannya ? ancaman demi ancaman dilakukan jika bawahan tidak menuruti perintahnya.gaya kepimpinan ini akan melemahkan semamgat ,harga diri dan keppuasa oranng – orang dalam melakukan pekerjaannya.
 
   Kecendurungan  berperlilaku  negatif  pada pemimpin  dengan gaya memerintah harus diimbangi dengan pertimbangan dan ketepatan .gaya memerintah bisa berjalan efektif  ketika pada saat awal organisasi dijalankan .karena  pasaat saat tersebut diperlukan upaya – upaya  untuk menyingkirkan  kebiasaan  lama yang tidak  bermanfaat  bagi kelangsungan organisasi .
 
    Gaya memmerintah sanngat hati – hati ,pada situasi  dan kondisi trtentu  dimana gaya ini diterapkan .jika seorang pemimpin tahu kapan situasi membutuhkan tanggan besi dan kapan harus dilakukan ,maka ketegasan yang dilaksanakan  dengan terampil biasa menyelamatkan organisasi .
 
E.    Faktor-Faktor Keberhasilan Kepemimpinan
 
1.    Integritas
 
Pemimpin yang baik adalah pribadi berintegritas tinggi karena ini merupakan salah satu kualitas terpenting dalam kepemimpinan, pemimpin yang memiliki integritas selalu meelihara standar perilaku dan performa yang tinggi, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.  Pemimpin berintegritas selalu memeberi contoh terbaik dan tidak pernah minta orang lain untuk memenuhi standar yang mereka sendiri tidak dapat memenuhi. Pemimpin yang  baik tidak pernah menuntut hak khususu atau menyalahgunaakan wewenang atau jabatan. Pemimpin yang mempunyai integritas tinggi akan selalu wajar dan adil, sebab ini merupakan syarat utama dari integritas sesorang.
 
2.    Kecerdasan
 
Pemimpin yang baik tidak mesti harus orang yang jenius. Pemimpin yang jenius. Pemimpin yang baik cukup cakap untuk mengenali kekurangan merka dan menyadari bahwa mereka tidak mungkin tahu semua hal. Gelar sarjana dan pengalaman yang luas dalam pekerjaan tidak menjadi syarat wajib bagi pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik cukup berusaha untuk menghindari keterbelakangan dan cukup cerdas untuk menyadari kebutuhan agar tetap mengembangkan diri. Pemimpin yang baik selalu berprilaku luwes. Mereka selalu memahami perubahan dan dengan cepat dapat menyesuaikan diri pada sesuatu yang baru, dan mereka tidak segan-segan mentransfer kepada bawahannya.
 
3.    Keberanian
 
Pemimpin yanng baik harus berani, dengan ketetapan hati untuk tetap mempertahankan tindakan dan keputusannya serta bertanggung jawab apa yang dikerjakan. Pemimpin yang mempunyai keberanian akan memiliki kepercayaan diri dan bersandar pada kemampuannya sendiri. Keberanian dan ketetapan diri yang dimiliki sanggup mengilhami keyakinan dan rasa hormat dari orang yang bekerja untuk mereka.
 
4.    Inisiatif
 
Pemimpin yang berkualitas akan banyak mempunyai inisiatif, panjang akal, dan cekatan. Dalam setiap aktivitasnya selalu menampakkan kegairahan dan imajinatif. Inisiatif dilakukan dengan keyakinan yang sangat tinggi akan keberhasilan yang didapatkan. Mereka penguasa dari tindakan mereka sendiri dan berketerampilan luar biasa untuk mengembangkan kerjasama dan usaha orang lain.
 
5.    Penilaian
 
Pemimpin yang baik mempunyai standar penilaian yang tinggi, karena dengan penilaian tersebut ia harus menentukan tindakan dan keputusannya. Penilaian memberikan kepada pemimpin yang baik kesadaran atas pengaruh mereka kepada pegawai dan situasi kerja yang mengelilinginya. Kelima kualitas kepemimpinan di atas sangat popular diperkenalkan oleh managemen. Dari berbagai catatan pengawasan yang dilakukan oleh beberapa ahli menyimpulkan bahwa kriteria pemimpin di atas tidak didapat dengan mudah. Tetapi mereka menggarisbawahi bahwa bahwa hal ini bisa dipelajari dan dikembangkan.
 
F.    Kepemimpinan Pendidikan yang Efektif
 
1.    Pembina Disiplin
 
Seorang pemimpin harus mampu menumbuhkan disiplin, terutama disiplin diri (self discipline). Berkaitan dengan  hal ini, pemipin harus mampu membantu bawhannya mengembangkan pola dan meningkatkan standar perilakunya, serta menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan kedisiplinan.  Disiplin merupakan sesuatu yang penting untuk menanamkan rasa hormat terhadap kewenangan,jalinan kerjasama, dan kultur organisasi.
 
    Dalam manajeman berbasis sekolah pemimpin harus mempunyai jiwa tut wuri handayani. Pemimpin di sini harus mampu menjadi teladan bagi guru dan semua staf yang ada di bawahnya. Sikap demokratis hasus di kembangkan dalam upaya meningkatkan kinerja bawahan. Taylor dan User(1982) mengemukakan strategi umum dalam membina disiplin sebagai berikut:
 
1.    Konsep Diri.  Konsep-konep diri setiap individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Untuk 
menumbuhkan konsep diri,pemimpin di sarankan bersipat empatik, menerima dan terbuka sehingga para bawahan dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalahnya.
 
2.    Keterampilan Berkomunikasi. Pemmpi harus menerima semua perasaa bawahan dengan teknik komunikasi yang dapat menimbulkan kepatuhan dalam  diri sendiri.
 
3.    Konsekuensi-konsekuensi Logis dan Alami. Perilaku-perilaku yang salah terjadi karna bawahan telah mengembangkan kepercayaan  yang salah terhadap dirinya. Uuntuk itu pemimpinnya disini disarankan menunjukkan secara tepat perilaku yang salah sehingga membantu bawahan dalam mengatasi perilakunya dan memanfaatkan akibat-akibat logis alami dari perilaku yang salaah.
 
4.    Klarifikasi Nilai.  Strategi ini dilakukan untuk membantu bawahan dalam menjawab pertanyaanya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.
 
5.    Latihan Keefektifan Memimpin.Teknik ini bertujuan untuk menghilangkan kesan represif dalam kekutan. Reward dan punisbment diberikan melalui teknik-teknik komunikasi tertentu yang mampu menjadi umpan balik yang efektif.
 
6.    Terafi Realitas. Pemimpin harus bersikap positif dan bertanggung jawab terhadap kemungkinan berkaitan dengan dinamika organisasi.
Untuk menerapkan berbagai stategi tersebu kepada sekolah sebagai top levelharus mempertimbangkan situasional dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
 
2.    Motivasi
 
Motivasi mempunyai peranan yang peranan yang dapat menggerakkan faktor-faktor lain yang mengarah pada peningkatan efektifitas kerja. Dalm sekup tertentu motivasi sering dianalogikan sebagai mesin dan kemudi mobil, yang berfungsi sebagai penggerak dan pengarah. Keragaman karekteristik yang melekat pada setiap karyawan meemrlukan perhatian pelayanan yang khusus pula darinpemimpinnya, agar dapat memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kinerjanya.
Motivasi merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam suatu organisasi. Pegawai akan bekerja dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Maslow (1970) menegemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong dari dlam yang menyebabkan menusiat berbuat sesuatu atau berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.
 
Dari berbagai pengertian motivasi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah ungkapan-ungkapan yang mamapu mendorong seseorang untuk melekukan sesuai dengan apa ynag mereka tngkap dan pikirkan.
Owen, dkk (1981) memebagi motivasi menjadi dua, yaitu  motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang datang  dari dalam diri seseorang. Misalnya, pegawai melekukan suatu kegiatan karena ingin menguasai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam pekerjaannnya. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yanng berasal dari linngkungan luar seseorang. Misalnya, pegawai bekerja karena ingin mendapat pujian atau ingin mendapat penghargaan dari pimpinannya.        
 
3.    Penghargaan
 
Penghargaan (rewards) dapat memecu seseorang untuk melakukan kegiatan yang produktif dan mengurangi kegiatan-kegiatan yang dapat menghambat organisasi dengan pengjhargaan pegawai akan terangsang untuk meningkatkan kinerja yang positif dan produktif. Penghargaan ahrus diberi secara terbuka semua pegawai, kegiatan ini harus didasarkan pada pencapain hasil (prestasi) yang dilakukan pegawai.

4.    Kepemimpinan Efektif
 
Penelitian tetntang kepemimpinan efektif dan tidak efektif mengemukakan bawah pemimpin efektif tidak didasarkan pada sifat manusi tertentu, tapi terletak pada seberapa jauh sifat sifat seorang pemimpin dapat mengatasi keadaan yang dihadapinya.  Newstrom dan Davis (1997) menyatakan bahwa sifat-sifat ayng harus dimiliki oleh pemimpin yang efektif meliputi hasrat untuk memimpin, keinginan personel, percaya diri, kejujuran dan integritas yang tinggi, pengetahuan, kemampuan berfikir, luwes dan adaptif, perasaan positif, 
kreativitas dan orisinalitas, serta kharisma.
5.    Kepala Sekolah yang Efktif
 
Keberhasilan sekolah mencapai tujuannya antara lain sangat ditentukan oleh keandalan kepala sekolah dalam memanage sekolahnya. Peranan kepemimpinan dalm suatu kelompok kerja atau organisasi sangat berpengaruh untuk mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan. Oleh karna itu, keberhasilan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efesien sangatlah ditentukan oleh kepandaian kepemimpinan seorang pemimpin.
 
Sebgian besar peneliti pendidikan menggeneralisasi bahwa faktor penentu utama mutu sekolah untuk sebagian besar bertumpu pada kepala sekolahnya. Kepemimpinan kepala sekolah yang dimaksud adalah kemampuan bekerjasama dengan dan atau melalui komunitasnya untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efesien. Konsepsi kepemimpinan ini merujuk pada dua hal, yaitu pemimpin dan pengikut (leader and follower). Kepala sekolah sangat mungkin menjadi berdaya jika guru dan staf tidak mampu menjadi pengikut secara total berniat untuk mengabdikan diri pada kepentingan pendidikan di sekolahnya.
 
Suyanto, dkk (2003) menemukan bahwa sebagian besar kepala sekolah dasar memiliki tipe kepemimpinan transformasional yang tinggi. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dasar berkolerasi positif dan signifikan dengan kepuasan guru. Mien Ratoe Oerdjoe (2004) menemukan bahwa kepemimpinan sekolah merupakan salah satu faktor yang mendorong sekolah untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Beberapa karekteristik efektivitas kepemimpinan kepala sekolah tanpak dalam menyusun visi, misi tujuan dan sasaran sekolah serta mensosialisasikan kepeda warga sekolah  guna mendapat dukungan warga sekolah.
 
Manajemen berbasisi sekolah digunakan kepela sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan secra efektif dan efesien. Kepemimpinan kepala sekolah efektif berdasarkan manajemen berbasis sekolah dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut:
 
1.    Mamapu memeberdayakan guru-guru untuk meleksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.
 
2.    Dapat menyelesain tugas dan pekerjaan sesuai denngan waktu yang telah ditetapkan.
 
3.    Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat, sebgai jembatan untuk mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.
 
4.    Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinana yanng sesusai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lainnya.
 
5.    Berhasil mewujudkan sekolah secra produktif sesuai dengan ketentuan yang sudah disepakati bersama.
Keterampilan-keterampilan penunjang yang harus dimilki leh serang pemimpin mengoperasikan organisasi. 
Keterampilan manusiawi adalah ketermpilan untuk bekerjasama, memotivasi dan memimpin dan keterampilan teknik yaitu keterampilan yang harus dimilki kepala sekolah dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik, serta perlengkapan untuk meneyelesaikantugas tertentu. Kegietan-kegiatan lain yang harus dilakukan kepla sekolah sebagai pengembang diri adalah senatiasa belajar dan mencermati pekerjaan sehari-hari di lingkungan sekolah, melakuakn observasi kegiatan manajemen secara terencana dan berfikir kreatif untuk mengembangkan metode-metode baru dalam proses belajar mengajar maupun membangun jaringan.
 
Secara umum kepemimpin pendidikan yang efektif menempatkan kepela sekolah sebagai pusat penelitian dan juga pengikutnya (guru maupun staf lainnya). Kepala sekolah sebagai pembuat kebijakan mempunyai peran strategis dalam memajukan atau memundurkan sekolahan yang dipimpinnya. Kepemimpinam dalam sebuah organisasi kependidikan sangat diperlukan dalam era modern saat ini, di samping penguasaan teknologi juga tetatanya nilai-nilai yang nantinya mampu melahirkan generasi yang siap terhadap perubahan juga tidak terpengaruh pada perubahan yang cenderung negatif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas pemimpin:
 
Menurut H. Jodeph Reitz (1981) faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin meliputi : 
 
1)    Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin.
Hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan. Sebgai contoh, jika ia pernah sukses dengan cara menghargai bawahan dlam pemenuhan kebutuhannya, cenderung akan menerapkan gaya kepemimpin yang berorientasi kepad bawahan/orang.
 
2)    Harapan dan prilaku atasan.
Sebagai contoh atasan yang secara jelas memekai gaya yang berorientasi pada tugas, cenderung manajer menggunakan gaya itu.
 
3)    Karekteristik, harapan dan prilaku bawahan, mempengaruhi terhadap gaya kepemimpinan manajer. Sebagai contoh, karyawan yang mempunyai kemamapuan tinggi biasanya akan kurang memerlukan pendekatan yang direktiktif dari pemimpin.
 
4)     Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempenguhi gaya pemimpin, sebagai contoh bawahan yang bekerja pada bagian pengolahan data (Litbang)  menyukai pengarahan yang lebih berorientasi kepada tugas.
 
5)    Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan prilaku bawahan. Sebagi contoh kebijakan dalam pemberian penghargaan, imbalan dengan skal gaji yang ditunjang dengan insentif lain (dana pensiun, bonus, cuti) akan mempengaruhi motivasi kerja bawahan.
 
6)    Harapan dan perilaku rekan, sebagi contoh manajer membentuk persahabatan dengan rekan-rekan dalam organisasi. Sikap mereka ada yang merusak reputasi, tidak mau kooperatif, berlomba memperebutkan sumber daya, sehingga mempengaruhi perilaku rekan-rekannya.

Metode Pendidikan Dalam Hadits



METODE PENDIDIKAN DALAM HADITS


A.    Pengantar

       Hadits tidak secara langsung menyebut metode pendidikan, namun banyak Hadits yang bisa dijadikan inspirasi dalam mewujudkan metode yang relevan dalam pendidikan islam.
Selanjutnya akan dipaparkan beberapa inspirasi metode dalam hadits Nabi Muhammad SAW.
 
B.    Beberapa Hadits Tentang Metode Pendidikan
            Adapun Metode-metode Pendidikan dalam Islam menurut Hadits adalah sebagai berikut :
 
    1.    Metode Ceramah dengan Pengulangan
 
             Banyak yang menganggap metode ceramah adalah metode klasik yang membosankan. Padahal,    secara substantif, tidak ada metode yang lepas dari metode ceramah baik di awal, tengah ataupun dalam klarifikasi akhir dalam sebuah aktivitas pembelajaran.
 
            Metode ceramah (bagaimanapun juga) memiliki kelebihan di samping kekurangannya. Metode ini menuntut keahlian baik kejelasan kalimat ataupun ucapan sehingga pendengar dapat menerima apa yang disampaikan guru dengan merespon, mengkritik ataupun mempertanyakan kembali apa yang dipelajari. Dalam hal ini, Nabi Muhammad SAW mencontohkan bahwa dalam menyampaikan sesuatu, diperlukan kalimat yang jelas serta dalam beberapa hal perlu pengulangan (i’aadah) dalam hal-hal tertentu.
 
Dalam sebuah hadits disebutkan bagaimana kejelasan sabda Nabi dalam menyampaikan ajaran islam sebagai berikut:

حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ مَسْعَدَةَ حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ الْأَسْوَدِ عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ

 عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْرُدُ سَرْدَكُمْ هَذَا وَلَكِنَّهُ كَانَ يَتَكَلَّمُ بِكَلَامٍ بَيْنَهُ فَصْلٌ يَحْفَظُهُ مَنْ جَلَسَ إِلَيْهِ
 
Artinya:
Humaid bin Mas'ud menceritakan kepada kami, Humaid bin Al Aswad menceritakan kepada kami, dari Usamah bin Zaid, dari Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah, ia berkata, "Tidaklah Rasulullah berbicara dengan tergesa-gesa sebagaimana tergesa-gesanya kalian ini. Akan tetapi, beliau berbicara dengan tutur kata yang jelas, yang dapat dihapal oleh orang yang duduk di hadapannya. Sunan TirmizyHadits No. 3639."
 
Selanjutnya, agar ucapan/apa yang disampaikan bisa mudah dipahami (لِتُعْقَلَ عَنْهُ), perlu ada pengulangan tersebut dapat dipetik dalam hadits nabi di bawah ini:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا أَبُو قُتَيْبَةَ سَلْمُ بْنُ قُتَيْبَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُثَنَّى عَنْ ثُمَامَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ

 وَسَلَّمَ يُعِيدُ الْكَلِمَةَ ثَلَاثًا لِتُعْقَلَ عَنْهُ
 
Artinya:
Muhammad bin Yahya menceritakan kepada kami, Abu Qutaibah Salm bin Qutaibah menceritakan kepada kami, dar. Abdullah bin Al Mutsanna, dari Tsumamah, dari Anas bin Malik berkata, "Rasulullah SAW selalu mengulangi kalimat sebanyak tiga kali agar dapat dipahami.(Hadits Sunan Tirmizy No. 3640.)"

2.    Metode Perumpamaan
 
        Metode perumpamaan (amtsaal) banyak dijumpai dalam hadits, hal ini terlihat ketika Nabi mengumpamakan sesuatu hal  dengan yang lain agar mudah dipahami ataupun sebagai penguat apa yang beliausampaikan. 

Dalam Sunan Abu Dawud disebutkan:

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الْأُتْرُجَّةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ

 الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلَا رِيحَ لَهَا وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ 

الْفَاجِرِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مَرٌّ وَلَا رِيحَ لَهَا وَمَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِنْ لَمْ يُصِبْكَ مِنْهُ شَيْءٌ

 أَصَابَكَ مِنْ رِيحِهِ وَمَثَلُ جَلِيسِ السُّوءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْكِيرِ إِنْ لَمْ يُصِبْكَ مِنْ سَوَادِهِ أَصَابَكَ مِنْ دُخَانِهِ
 
Artinya:
Dari Anas ra, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al Quran laksana buah limau (jeruk), aromanya harum dan rasanya nikmat. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al Quran bagaikan kurma, rasanya lezat namun tidak demikian dengan aromanya. Dan perumpaan penjahat yang membaca Al Qur'an layaknya raihanah, berbau harum namun rasanya pahit. (Sedangkan) Perumpamaan orang jahat yang tidak membaca Al Qur'an layaknya buah hanzhalah yang tidak beraroma dan rasanya pahit. Dan perumpamaan kawan yang baik layaknya pembawa minyak wangi, bila kamu tidak mendapat sesuatu dari minyak wangi tersebut,   maka terkena aroma harumnya. Dan perumpamaan kawan yang jahat layaknya tukang besi, bila kamu tidak mendapat hitamnya maka paling tidak kamu akan terkena asapnya." Sohih Sunan Tirmizy No. 4829. (Muttafaq 'Alaih)
 
    Selanjutnya, terdapat pula perumpamaan bagi orang yang mengambil kembali apa yang telah diberikannya ibarat orang yang menelan kembali apa yang dimuntahkannya.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْعَائِدُ فِي هِبَتِهِ كَالْعَائِدِ فِي قَيْئِه
 
Artinya:
Dari Ibnu Abas: Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang mengambil kembali pemberiannya seperti orang yang kembali menelan kembali muntahannya. " Sohih Sunan Tirmizy No. 3538. (Muttafaq 'Alaih)
Hal yang sama ditemukan dalam sunan Ibnu Majah sebagai berikut:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ وَابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَحِلُّ لِرَجُلٍ أَنْ يُعْطِيَ عَطِيَّةً أَوْ يَهَبَ هِبَةً فَيَرْجِعَ فِيهَا إِلَّا الْوَالِدَ فِيمَا يُعْطِي

وَلَدَهُ وَمَثَلُ الَّذِي يُعْطِي الْعَطِيَّةَ ثُمَّ يَرْجِعُ فِيهَا كَمَثَلِ الْكَلْبِ يَأْكُلُ فَإِذَا شَبِعَ قَاءَ ثُمَّ عَادَ فِي قَيْئِهِ

Artinya:
Dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas: Nabi SAW bersabda, "Tidak boleh (haram) seseorang memberikan pemberian atau memberikan hadiah kemudian ia menarik kembali hadiah pemberian itu, kecuali orang tua yang meminta kembali pemberiannya (yang telah diberikan) kepada anaknya. Perumpamaan orang yang memberikan pemberian kemudian menariknya kembali adalah seperti anjing yang makan, lalu ketika kenyang ia muntah, kemudian muntahan tersebut dimakan kembali olehnya. " (Shahih: Ibnu Majah No. 2377

    Dalam hadits di atas terdapat hal yang menarik yaitu: الْعَائِدُ فِي هِبَتِهِ كَالْعَائِدِ فِي قَيْئِه yang maksudnya adalah orang yang kembali pada pemberiannya/menarik kembali pemberiannya laksana menelan muntah. Muntah (al qai’) adalah simbol dari sesuatu yang kotor. Hal ini mengisyaratkan bahwa jika sudah memberi, ikhlaslah dalam pemberian, karena ketidak ikhlasan justeru akan merugikan pemberi itu sendiri.
 
3.    Metode Dialog dan tanya Jawab
 
           Metode dialog dan tanya jawab secara sederhana dapat difahami dengan adanya penanya (السائل) yang di tanya (المسؤل) lalu jawaban (الجواب) serta interkasi baik secara langsung (مواجهه) ataupun dengan alat komunikasi lainnya. Terkadang diiringi dengan evaluasi langsung dalam bentuk qauly sebagai penguatan seperti dalam ungkapan : “anda benar”/ صدقت.
 
Di bawah ini adalah bagaimana dialog serta tanya jawab terjadi yang melibatkan Nabi Muhammad SAW, Jibril dan sahabat.

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ
 الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ .   [رواه مسلم]

Artinya:

Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah SAW suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah SAW ) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah SAW: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.  Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata:  “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda:  “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)  berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah SAW) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim)

4.    Metode Nasehat
 
              Metode nasehat ini termasuk metode sederhana, namun sulit diterapkan, sebab, seorang yang meberi nasihat harus orang yang mampu menjadi teladan. Paling tidak, pemberi nasihat tersebut adalah orang yang terpercaya, dalam hadits disebutkan: الْمُسْتَشَارُ مُؤْتَمَنٌ yaitu tempat meminta nasihat/ide/saran haruslah orang yang terpercaya. Hadits lengkapnya adalah salah satunya sebagai berikut:

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا شَيْبَانُ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُسْتَشَارُ مُؤْتَمَنٌ
 
Artinya:
Ahmad bin Mani' telah menceritakan kepada kami, Al Hasan bin Musa menceritakan kepada kami, Syaiban telah menceritakan kepada kami dari Abdul Malik bin Umair, dari Abu Salamah bin Abdurrahman, dari Abu Hurairah. Dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang dimintai pendapat (nasihat) haruslah orang yang dapat dipercaya."( Shahih Sunan Tirmizy No. 2822)
 
5.    Metode Targib wa tarhiib
            Dalam hadits Imam Bukhory disebutkan: permudah dan jangan dipersulit, berikan kabar gembiran dan jangan menakut-nakuti.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو التَّيَّاحِ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا
 
Artinya:
Muhammad bin Basysyar berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah menceritakan kepadaku Abu At-Tayyah dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "permudahlah dan jangan persulit, berilah kabar gembira dan jangan menakut nakuti.
 
Dalam hadits lain disebutkan:

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا حَرْمَلَةُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ الرَّبِيعِ بْنِ سَبْرَةَ الْجُهَنِيُّ عَنْ عَمِّهِ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ الرَّبِيعِ بْنِ سَبْرَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلِّمُوا الصَّبِيَّ الصَّلَاةَ ابْنَ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُ عَلَيْهَا ابْنَ عَشْرٍ
 
Artinya:
Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Harmalah bin Abdul Aziz bin Ar-Rabi' bin Sabrah Al Juhani memberitahukan kepada kami dari pamannya -Abdul Malik bin Ar-Rabi' bin Sabrah- dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata, Rasulullah bersabda, 'Ajarkanlah kepada anak kecil untuk mengerjakan shalat ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah karena meninggalkan shalat ketika berumur sepuluh tahun'. " Ia berkata, "Dalam bab ini terdapat hadits Abdullah bin Amr. (Shahih Abu Daud: 247 dan Tirmizy : 407)
 
5. Kisah dan keteladanan
 
          Dalam sebuah hadits terdapat banyak hal yang menunjukkan metode kisah dan keteladanan, di antaranya adalah:

عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامٍ قَالَ طَلَّقْتُ امْرَأَتِي فَأَتَيْتُ الْمَدِينَةَ لِأَبِيعَ عَقَارًا كَانَ لِي بِهَا فَأَشْتَرِيَ بِهِ السِّلَاحَ وَأَغْزُو فَلَقِيتُ نَفَرًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا قَدْ أَرَادَ نَفَرٌ مِنَّا سِتَّةٌ أَنْ يَفْعَلُوا ذَلِكَ فَنَهَاهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ { لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ } فَأَتَيْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ فَسَأَلْتُهُ عَنْ وِتْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَدُلُّكَ عَلَى أَعْلَمِ النَّاسِ بِوِتْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأْتِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَأَتَيْتُهَا فَاسْتَتْبَعْتُ حَكِيمَ بْنَ أَفْلَحَ فَأَبَى فَنَاشَدْتُهُ فَانْطَلَقَ مَعِي فَاسْتَأْذَنَّا عَلَى عَائِشَةَ فَقَالَتْ مَنْ هَذَا قَالَ حَكِيمُ بْنُ أَفْلَحَ قَالَتْ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ سَعْدُ بْنُ هِشَامٍ قَالَتْ هِشَامُ بْنُ عَامِرٍ الَّذِي قُتِلَ يَوْمَ أُحُدٍ قَالَ قُلْتُ نَعَمْ قَالَتْ نِعْمَ الْمَرْءُ كَانَ عَامِرٌ قَالَ قُلْتُ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ حَدِّثِينِي عَنْ خُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ أَلَسْتَ تَقْرَأُ الْقُرْآنَ فَإِنَّ خُلُقَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ الْقُرْآنَ قَالَ قُلْتُ حَدِّثِينِي عَنْ قِيَامِ اللَّيْلِ قَالَتْ أَلَسْتَ تَقْرَأُ يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ قَالَ قُلْتُ بَلَى قَالَتْ فَإِنَّ أَوَّلَ هَذِهِ السُّورَةِ نَزَلَتْ فَقَامَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى انْتَفَخَتْ أَقْدَامُهُمْ وَحُبِسَ خَاتِمَتُهَا فِي السَّمَاءِ اثْنَيْ عَشَرَ شَهْرًا ثُمَّ نَزَلَ آخِرُهَا فَصَارَ قِيَامُ اللَّيْلِ تَطَوُّعًا بَعْدَ فَرِيضَةٍ قَالَ قُلْتُ حَدِّثِينِي عَنْ وِتْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ يُوتِرُ بِثَمَانِ رَكَعَاتٍ لَا يَجْلِسُ إِلَّا فِي الثَّامِنَةِ ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّي رَكْعَةً أُخْرَى لَا يَجْلِسُ إِلَّا فِي الثَّامِنَةِ وَالتَّاسِعَةِ وَلَا يُسَلِّمُ إِلَّا فِي التَّاسِعَةِ ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ فَتِلْكَ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يَا بُنَيَّ فَلَمَّا أَسَنَّ وَأَخَذَ اللَّحْمَ أَوْتَرَ بِسَبْعِ رَكَعَاتٍ لَمْ يَجْلِسْ إِلَّا فِي السَّادِسَةِ وَالسَّابِعَةِ وَلَمْ يُسَلِّمْ إِلَّا فِي السَّابِعَةِ ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ فَتِلْكَ هِيَ تِسْعُ رَكَعَاتٍ يَا بُنَيَّ وَلَمْ يَقُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً يُتِمُّهَا إِلَى الصَّبَاحِ وَلَمْ يَقْرَأْ الْقُرْآنَ فِي لَيْلَةٍ قَطُّ وَلَمْ يَصُمْ شَهْرًا يُتِمُّهُ غَيْرَ رَمَضَانَ وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلَاةً دَاوَمَ عَلَيْهَا وَكَانَ إِذَا غَلَبَتْهُ عَيْنَاهُ مِنْ اللَّيْلِ بِنَوْمٍ صَلَّى مِنْ النَّهَارِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً قَالَ فَأَتَيْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ فَحَدَّثْتُهُ فَقَالَ هَذَا وَاللَّهِ هُوَ الْحَدِيثُ وَلَوْ كُنْتُ أُكَلِّمُهَا لَأَتَيْتُهَا حَتَّى أُشَافِهَهَا بِهِ مُشَافَهَةً قَالَ قُلْتُ لَوْ عَلِمْتُ أَنَّكَ لَا تُكَلِّمُهَا مَا حَدَّثْتُكَ
 
Artinya:
Dari Sa'ad bin Hisyam, dia berkata, "Aku mentalak istriku. Lalu aku pergi ke Madinah untuk menjual perabot rumah milikku untuk aku belikan senjata, lalu aku ikut berperang. Aku bertemu sekelompok sahabat Nabi SAW, mereka berkata, 'Sungguh ada enam orang di antara kami yang bermaksud melakukan hal itu (berperang),' akan tetapi Nabi SAW melarangnya, dan berkata, 'Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu.' Aku mendatangi Ibnu Abbas RA, lalu aku bertanya tentang shalat witir Rasulullah SAW, dia berkata, 'Aku akan menunjukkan kepadamu orang yang paling mengetahui shalat witir Rasulullah SAW, datanglah kepada Aisyah!' Lalu aku mendatanginya. Aku minta ditemani oleh Hakim bin Aflah, tapi dia tidak mau. Aku memohon kesediaannya dengan sangat, lalu dia berangkat menemaniku. Ketika kami sampai di kediaman Aisyah, kami minta izin kepadanya, lalu berkata, 'Siapakah ini?' Katanya, 'Hakim bin Aflah.' Kata Aisyah, 'Bersama siapa kamu?' Katanya, 'Sa'ad bin Hisyam.' Kata Aisyah, 'Hisyam bin Amir yang terbunuh pada perang Uhud?' Kata Sa'ad, 'Aku jawab, "Ya."' Kata Aisyah, 'Sebaik-baik orang adalah Amir.' Kata Sa'ad, "Aku berkata, 'Wahai Ummul Mukminin, Sampaikanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah SAW.' Katanya, 'Tidakkah kamu membaca Al Qur'an? Sesungguhnya akhlak Rasulullah SAW adalah Al Qur'an.' Kata Sa'ad, 'Aku berkata, "Sampaikanlah kepadaku tentang qiyamullail. '" Katanya, "Tidakkah kamu membaca Ayat, 'Yaa ayyuhal Muzzammil?'" Kata Sa'ad, 'Saya menjawab, "Betul yang saya baca. '" Kata Aisyah, "Sesungguhnya awal surah ini telah turun, lalu para sahabat Rasulullah SAW bangun malam (Shalat) sampai kaki mereka bengkak, dan akhir surah itu ditahan oleh Allah di langit selama empat belas bulan. Setelah itu, akhir surah ini turun, maka menjadilah shalat malam itu hukumnya sunah yang sebelumnya fardhu. " Kata Sa'ad, "Aku berkata, 'Sampaikanlah kepada saya tentang shalat witir Nabi SAW." Kata Aisyah, "Beliau biasa mengerjakan shalat witir delapan rakaat, tidak duduk, kecuali pada rakaat kedelapan. Kemudian berdiri mengerjakan shalat satu rakaat lainnya, tidak duduk kecuali pada rakaat kedelapan atau kesembilan. Tidak salam, kecuali pada rakaat kesembilan. Setelah itu mengerjakan shalat dua rakaat dengan duduk. Maka semua itu menjadi sebelas rakaat. Setelah beliau tua dan gemuk, beliau mengerjakan shalat witir tujuh rakaat, tidak duduk kecuali pada rakaat keenam dan ketujuh, dan tidak memberi salam kecuali pada rakaat ketujuh. Setelah itu beliau shalat dengan duduk dua rakaat. Maka semua itu berjumlah sembilan rakaat. Rasulullah SAW tidak pernah bangun semalam suntuk sampai pagi. Beliau juga tidak pernah membaca Al Qur'an semalam penuh. Beliau tidak pernah berpuasa satu bulan penuh selain puasa Ramadhan. Apabila beliau mengerjakan shalat, dikerjakannya secara rutin. Apabila semalam tertidur, beliau shalat di siang harinya dua belas rakaat. " Kata Sa'ad, "Lalu aku mendatangi Ibnu Abbas RA, aku sampaikan hal tersebut kepadanya. " Beliau berkata, "Demi Allah, ini adalah Hadits. Seandainya aku berbicara langsung dengan Aisyah, pasti aku mendatanginya sampai aku berbicara langsung dengan beliau. " Kata Sa'ad, 'Aku berkata, Kalau aku mengetahui, bahwa engkau tidak berbicara dengan Aisyah, tentu aku tidak menyampaikan Hadits ini kepada engkau!" (Shahih: Muslim No. 1342.)
 
    Metode-metode yang disebutkan di atas hanya sebagian dari betapa banyaknya metode pendidikan yang ada dalam hadits Nabi. Allahu A’lamu