Belajar Itu Wajib !!!

Belajar merupakan hal yang sangat penting bagi manusia untuk meningkatkan kemampuan dirinya

Terasa Mudah dan menyenangkan dengan Belajar Online

Mudah-mudahan bisa mempermudah dan membantu para pembaca dan semoga dapat mencerdaskan generasi Bangsa.

Out Of The Box

Jangan Hanya menghandalakan ilmu yang akan kita dapatkan di pendidikan formal, karna diluar pendidikan formal terdapat ilmu pengetahuan yang sangat luas.

Belajar yang menyenangkan

pembelajaran akan terasa lebih mudah apabila proses pembelajarn yang kita lakukan menyenangkan ! .

Manfaatkan kemajuan Technologi!!!

Dengan kemajuan technologi sekarang ini kiat bisa memproleh ilmu pengetahuaan yang seluas-luasnya.

Wednesday, February 22, 2017

Classroom-Based Assessment (Penilaian Berbasis Kelas)



 Assalaamu'alaykum,, Selamat datang di Belajar Online belajar kreatif dalam menuntut ilmu pengetahuaan, kali ini belajar online akan membahas tentang Classroom-Based Assessment (Penilaian Berbasis Kelas), langsung kita ke pembahsannya, Lets Goo !!!



A. Pengertian Classroom-Based Assessment (Penilaian Berbasis Kelas)
 
Menurut Cross (1973) dalam Sukardi (2008: 1) evaluation is a process which determines the extent to which objectives have been achieved. Maksudnya evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai. Sedangkan menurut undang–undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 57 ayat 1, evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak–pihak yang berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan. (Sukardi. 2008: 1). Menurut Linn dkk., (1995: 5) dalam (http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/penilian-berbasis-kelas. html). Asesmen kelas merupakan suatu istilah umum yang meliputi prosedur yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang pembelajaran peserta didik (pengamatan, tingkat performans, tes tertulis) untuk dijadikan sebagai pertimbangan dalam pemberian nilai dengan memperhatikan kemajuan belajarnya.
 
Sedangkan Depdikbud (1994) dalam (Zainal Arifin. 2009: 4) mengatakan bahwa penilaian atau assessment adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat kami simpulkan bahwa penilaian atau assessment adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik  dalam rangka membuat keputusan – keputusan berdasarkan criteria dan pertimbangan tertentu.
 
Sunarto dalam (http://sunartombs.wordpress.com/2009/ 09/08/ penilaian-berbasis-kelas-atau-penilaian-otentik/) mengatakan penilaian berbasis kelas ini bisa dipandang sebagai proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil-hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Dan dalam (http://tomindflys.blogspot.com/2009/01/penilaian-berbasis-kelas. html) dikatakan bahwa penilaian berbasis kelas yaitu suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten, serta mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar pada mata pelajaran yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus telah dicapai disertai dengan petunjuk kemajuan belajar peserta didik dan pelapornya.
 
Sedangkan ahli lain mengatakan bahwa classroom–based assessment atau penilaian berbasis kelas dapat diartikan sebagai suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan data dan informasi tentang hasil belajar peserta didik untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. (Ziainal Arifin. 2009: 180). Dikatakan juga oleh Masnur Muslich (2007: 91) bahwa penilaian berbasis kelas merupakan suatu kegiatan pengumpulan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan guru yang bersangkutan sehingga penilaian tersebut akan “mengukur apa yang akan diukur” dari siswa.
 
Dari berbagai pendapat ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa classroom-based assessment adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan data dan informasi tentang hasil belajar peserta didik untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
 
Menurut Zainal Arifin (2009: 181) bahwa dalam classroom-based assessment terdapat empat kegiatan pokok yang harus dilakukan guru yaitu:
 
a.    Mengumpulkan data dan informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik.
b.    Menggunakan data dan informasi tentang hasil belajar  peserta didik.
c.    Membuat keputusan yang tepat
d.    Membuat laporan sebagai bentuk akuntabiltas publik.
 
Pengumpulan data dan informasi dapat dilakukan dalam suasana formal maupun tidak formal, di dalam kelas atau di luar kelas. Jika data dan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik telah terkumpul dalam jumlah yang memadai, maka guru perlu menggunakannya untuk membuat keputusan tentang hasil belajar peserta didik.
 
B.    Tujuan dan Fungsi Classroom-Based Assessment (Penilaian Berbasis Kelas)

Tujuan umum classroom-based assessment adalah untuk memberikan penghargaan terhadap pencapaia hasil belajar peserta didik dan memperbaiki program dan kegiatan pembelajaran.
Dalam dokumen kurikulum berbasis kompetensi (2002) dalam Zainal Arifin (2009: 182) dikemukakan bahwa tujuan classroom-based assessment adalah untuk memberikan:
 
•    Informasi tentang kemajuan hasil belajar peserta didik secara individual dalam mencapai tujuan belajar sesuai dengan kegiatan belajar yang dilakukannya.
 
•    Informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan belajar lebih lanjut, baik secara kelompok maupun perorangan
 
•    Informasi yang dapat digunakan oleh guru dan peserta didik untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik, menetapkan tingkat kesulitan/kemudahan untuk melaksanakan kegiatan remedial, pendalaman atau pengayaan
 
•    Motivasi belajar peserta didik dengan cara memberikan informasi tentang kemajuannya dan merangsangnya untuk melakukan usaha pemantapan atau perbaikan
 
•    Informasi semua aspek kemajuan peserta didik dan pada gilirannya guru dapat membantu pertumbuhannya secara efektif untuk menjadi anggota masyarakat dan pribadi yang utuh
 
•    Bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan yang sesuai dengan keterampilan, minat dan kemampuanya.
 
Fungsi classroom-based assessment bagi peserta didik dan guru adalah untuk: 

•    Membantu peserta didik dalam mewujudkan dirinya dengan mengubah atau mengembangkan perilakunya ke arah yang lebih baik dan maju.
 
•    Membantu peserta didik mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya
 
•    Membantu guru menetapkan apakah strategi metode, dan media mengaja yang digunakannya telah memadai,
 
•    Membantu guru dalam membuat pertimbangan dan keputusan administrasi

C.   Prinsip–Prinsip Classroom-Based Assessment
 
Pusat kurikulum balitbang depdiknas (2002) dalam Zainal Arifin (2009: 187) menjelaskan bahwa secara umum classroom-based assessment harus memenuhi prinsip–prinsip: valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh dan bermakna.

•    Valid (tepat)
Valid yaitu alat ukur yang digunakan dalam classroom-based assessment harus betul–betul mengukur apa yang hendak diukur.
 
•    Mendidik
Banyak proses dan kegiatan penilaian yang dilakukan guru membuat peserta didik menjadi ketakutan. Apalagi jika peserta didik memperoleh nilai (angka) kecil. Padahal angka yang tinggi bukan menjadi tujuan penilaian. Di dalam classroom-based assessment guru harus dapat memberikan penghargaan, motivasi dan upaya–upaya mendidik lainnya kepada peserta didik yang kurang berhasil serta membangkitkan semangat bagi peserta didik yang berhasil harus dapat memahami bahwa hasil yang dicapai merupakan suatu pembelajaran.
 
•    Berorientasi Pada Kompetensi
Classroom-based assessment dilakukan dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indicator pencapaian hasil belajar yang  telah ditetapkan kurikulum berbasis kompetensi.
 
•    Adil dan Objektif
Adil dan objektif memang mudah diucapkan, tetapi susah dilaksanakn karena assessment itu sendiri adalah manusia biasa, yang tidak luput dari factor subjektivitas. Namun guru sebagai penilai tetap harus dituntut berbuat adil dan bersikap objektif terhadap semua peserta didik.
 
•    Terbuka
System dan hasil classroom-based assessment tidak boleh disembunyikan atau dirahasiakan oleh guru. Apa pun format dan model penilaian yang digunakan harus terbukan dan diketahui oleh semua pihak, termasuk criteria dalam membuat keputusan.
 
•    Berkesinambungan
Classroom-based assessment tidak hanya dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran saja, tetapi harus dimulai dari awal sampai akhir pembelajaran, terencana, bertahap, dan berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan agar hasil belajar peserta didik dapat diperoleh secara utuh dan komperehensif.
 
•    Menyeluruh
Assessment terhadap proses dan hasil belajar peserta didik harus  dilakukan secara menyeluruh, utuh, dan tuntas, baik yang berkenaan dengan domain kognitif, afektif maupun prikomotorik. Begitu juga dengan jenis prosedur, dan teknik assessment yang digunakan, termasuk berbagai bukti autentik hasil belajar peserta didik.
 
•    Bermakna
Classroom-based assessment harus memberikan makna kepada berbagai pihak untuk melihat tingkat perkembangan penguasaan kompetensi peserta didik sehingga hasil assessment dapat ditindaklanjuti, terutama bagi guru, orang tua, dan peserta didik.
 
D.  Jenis–Jenis Classroom-Based Assessment
 
Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004) dalam Zainal Arifin (2009: 190) mengemukakan jenis jenis classroom-based assessment, yaitu: tes tertulis, tes perbuatan, pemberian tugas, performance assessment, penilaian proyek, penilaian hasil kerja peserta didik (product assessment) penilaian sikap dan penilaian portofolio.
 
1)    Tes Tertulis.
 
Tes tertulis meupakan alat classroom-based assessment yang penyajian maupun penggunaannya dalam bentuk tertulis. Peserta didik memberikan jawaban atas pertanyaan atau pernyataan maupun tanggapan atas pertanyaan atau pernyataan yang diberikan. Tes tertulis dapat berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, isian singkat, dan uraian. Tes tertulis biasanya sangat cocok untuk hampir semua kompetensi yang terdapat dalam kurikulum.
 
2)    Tes Perbuatan.
 
Tes perbuatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung yang memungkinkan terjadinya praktik, pengamatan dilakukan terhadap perilaku peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung.


3)    Pemberian Tugas.
 
Pemberian tugas dilakukan untuk semua mata pelajaran mulai dari awal kelas sampai dengan akhir kelas sesuai dengan materi pelajaran dan perkembangan peserta didik.
 
4)    Penilaian Proyek
 
Penilaian proyek adalah penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu.
 
5)    Penilaian Produk
 
Penilaian hasil kerja (produk) adalah peserta didik adalah penilaian terhadap penguasaan keterampilan peserta didik dalam membuat suatu produk dan penilaian kualitas hasil kerja tertentu.
 
6)    Penilaian Sikap
 
Penilaian sikap dapat dilakukan berkaitan dengan berbagai objek sikap, seperti sikap terhadap mata pelajaran, sikap terhadap guru, sikap terhadap proses pembelajaran, sikap terhadap materi pelajaran, sikap berhubungan dengan nilai–nilai yang ingin ditanamkan dalam diri peserta didik melalui materi tertentu.
 
Selanjutnya, pusat Balitbang Depdiknas (2002) mengemukakan seperangkat alat penilaian dan jenis tagihan yang dapat digunakan dalam penilaian berbasis kelas, antara lain “kuis, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas, laporan praktik atau laporan praktikum, dan response atau ujian praktik”.

1)    Kuis digunakan untuk menanyakan hal–hal prinsip dari pelajaran yang lalu secara singkat, bentuknya berupa isian singkat, dan dilakukan sebelum pelajaran dimulai.
 
2)    Pertanyaan lisan di kelas, digunakan untuk mengungkap penguasaan peserta didik tentang pemahaman konsep, prinsip, atau teorema.
 
3)    Ulangan harian dilakukan secara periodik pada akhir pengembangan kompetensi.
 
4)    Tugas individu dilakukan secara periodic untuk diselesaikan oleh setiap peserta didik dalam waktu tertentu dan dapat berupa tugas rumah.
 
5)    Tugas kelompok digunakan untuk menilai kemampuan kerja kelompok dalam upaya pemecahan masalah.
 
6)    Ulangan semester digunakan untuk menilai ketuntasan penguasaan kompetensi pada akhir program semester.
 
7)    Ulangan kenaikan kelas digunakan untuk mengetahui ketuntasan peserta didik menguasai materi dalam satu tahun ajaran.
 
8)    Laporan kerja praktik atau laporan praktikum digunakan untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya.
 
9)    Response atau ujian praktik digunakan untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya.
 
E.   Bentuk dan Teknik Classroom-Based Assessment

Masnur Muslich (2009:95) mengemukakan bahwa ada berbagai bentuk dan teknik yang dilakukan dalam classroom-based assessment,
yaitu: penilaian kinerja, penilaian penugasan, dan penilaian tes tertulis.
 
1.    Penilaian Kinerja
 
Penilaian kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi.
 
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penilaian kinerja adalah:
•    Identifikasikan semua aspek penting
•    Tuliskan kemampuan khusus yang  diperlukan
•    Usahakan kemampuan yang akan dinilai dapat teramati dan tidak terlalu banyak.
•    Urutkan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan yang akan diamati
•    Apabila menggunakan rating scale perlu menyediakan kriteria untuk setiap pilihan.
 
Penilaian kinerja dapat menggunakan dua kemungkinan instrumen, yaitu:
•    Daftar cek (ya dan tidak)
•    Skala rentang (sangat kompeten, kompeten, agak kompeten, tidak kompeten)
(Masnur Muslich. 2009: 96)
 
2.    Penilaian Penugasan atau Proyek
Zainal arifin (2009: 191) mengatakan bahwa penilaian penugasan atau peoyek adalah penilaian penilaian terhadap tugas yang harus.diselesaikan dalam waktu tertentu.
 
Masnur Muslich (2009:107) mengemukakan langkah-langkah penilaian penugasan sebagai berikut:
•    Merencanakan penilaian
•    Merancang spesifikasi penugasan
•    Melaksanakan pencatatan kegiatan oleh siswa
•    Melaksanakan pelaporan hasil kegiatan oleh guru
 
3.    Penilaian Tes Tertulis
 
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Zainal Arifin (2009: 190) mengakatakan bahwa tes tertulis merupakan alat penilaian berbasis kelas yang penyajian maupun penggunaannya dalam bentuk tertulis.
 
Masnur Muslich (2009:117) mengatakan ada dua bentuk soal tes tertulis yaitu:
 
a.    Soal dengan memilih jawaban
-    Pilihan ganda
-    Dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
-    Menjodohkan
 
b.    Soal dengan mensuplai jawaban
-    Isian atau melengkapi
-    Jawaban singkat atau pendek
-    Soal uraian
 

Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Sedangkan tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan gagasan tersebut dalam bentuk uraian.



Sekian dulu untuk materi atau pembahasan kali ini tentang Classroom-Based Assessment (Penilaian Berbasis Kelas) mudah-mudahan ada manfaatnya, Trimaksih

Hasil Belajar dan Faktor faktor yang mempengaruhinya


Assalaamu'alaykum,, Selamat datang di belajar online belajar kreatif dalam menntut ilmu,, kali ini belajar online akan membahas sedikit tentang Hasil belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,, langsung saja kita ke pembahasannya,, Lets Goooo !!!
 
 A. Pengertian Hasil Belajar
 
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
 
Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
 
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
 
Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
 
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
 
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
 
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain : faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
 
1)    Faktor Intern
 
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
 
(a)    Kecerdasan/intelegensi
 
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
 
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.” Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.” Pendapat ahli lain: Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”

Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
 
(b)    Bakat
 
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.” Ahli lain menyatakan Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”
 
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
 
(c)    Minat
 
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.”
 
Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.” Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”
 
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
 
(d)    Motivasi
 
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”
 
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
 
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
 
2)    Faktor Ekstern
 
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”
 
(a)    Keadaan Keluarga
 
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”
 
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
 
Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.” Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
 
(b)    Keadaan Sekolah
 
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
 
Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
 
(c)    Lingkungan Masyarakat
 
Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat: Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak disekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.
 
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal disuatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.  

Sekian untuk pembahasan kali ini tentang Hasil Belajar dan Faktor faktor yang mempengaruhinya,, mudah-mudahan bermanfaat, Aamiinn

Pengertian Prestasi Belajar beserta Sumber atau refrensinya



Assalaamu'alaykum,, Selamat datang di pembahasan kita kali ini di Belajar Online Belajar Kreatif dalam menuntut ilmu,, kali ini belajar online akan membahas tentang apakah yang dimaksud dengan pengertian belajar atau pengertian dari Prestasi belajar beserta sumber-sumber dan refrensinya, ok langsung saja kita kepembahasannya, Lets Gooo !!!

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, “prestasi” dan “belajar”. Antara kata “prestasi” dan “belajar” mempunyai arti yang berbeda.
Djamarah (1994:19) mengemukakan bahwa “prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok.”
    
 Menurut Sunartana dkk (1985:10)”Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku berupa penambahan pengetahuan ,kemahiran,keterampilan,sikap dan kebiasaan-kebiasaan dari individu-individu yang belajar sebagai hasil mengadakan intraksi dengan lingkungan”.
Menurut WJS Poerwadarminta (Djamarah 1994:20) berpendapat, bahwa “prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”.


Hal senada dikemukakan oleh Sardiman AM (Djamarah1994:21) bahwa “belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga ,psikofisik menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya,yang menyangkut  unsur cipta,rasa karsa ,ranah kognitif,afektif dan psikomotorik”.

Agus Suprijono (2009:2) mengutip beberapa pendapat para ahli mengenai belajar diantaranya: “(Gagne) belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. (Travers) belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. (Crombach) belajar adalah perubahan prilaku sebagai hasil dari pengalaman. (Geoch) belajar adalah perubahan performan sebagai akibat hasil latihan. (Morgan) belajar merupakan perubahan penilain yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Prestasi merupakan pencapaian dari sebuah usaha”.

Ngalim purwanto (1990:84) menjelaskan pengertian belajar “ belajar merupakan perubahan tingkah laku” selain itu juga Ngalim Purwanto mangutip beberapa pendapat para ahli diantaranya: (Hilgerd dan Bower dalam bukunya Theory of learning 1975)”...belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang yang disebabkan oleh pengalamannya. (Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977)”Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus yang membuat perubahan perbuatan dari waktu kewaktu. (Morgan dalam bukunya Introduction to Psychology 1978) Belajar merupakan perubahan yang relatif menetap dan tingkah laku sebagai hasil latihan dan pengalaman. (Whitherington dalam buku Educational Psychology)” Belajar adalah perubahan didalam keperibadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru pada reaksi berupa kecakapan, sikap,kebiasaan…….”

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan prestasi belajar merupakan adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan apa yang diinginkan sehingga terjadinya penambahan pengetahuan, kemahiran, keterampilan, sikap dan kebiasaan-kebiasaan dari masing-masing individu yang belajar melalui aktivitas, pengalaman, tingkah laku dan hasil latihan.

Sekian dulu pada pembahasan kali ini tentang Pengertian Prestasi Belajar beserta Sumber-sumbernya, mudah-mudahan bermanfaat, Aamiinn

Metode Cooperative learning Tipe NHT dan Metode Inkuiry Learning



Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dan menumbuhkan semangan belajar para peserta didik seorang pendidik haruslah kreatif dalam pembelajaran, salah satu cara untuk menumbuhkan smangay dan minat belajar siswa guru harus menguasai metode-metode pembelajaran,,, Kali ini kita akan membahas tentang Metode Cooperative learning Tipe NHT (Numbered Heads Together)  dan Metode Inkuiry Learning. Langsung Saja kita bahas satu persatu lets Gooo !!!

A. PENGERTIAN MASING-MASING METODE

1.    Metode Cooperative learning Tipe NHT (Numbered Heads Together) 

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan tujuan tertentu, sedangkan model merupakan bentuk refresentasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Jadi dapat disimpulkan antara metode dengan model itu tidaklah sama. Model merupakan suatu alat, pola atau pedoman yang digunakan untuk menjalankan sebuah metode. 

Menurut Agus Suprijono (2009:15) “model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial”.

Muhammad Faiq Dzaki (2009:  ) mengemukakan tentang “pembelajaran Cooperative adalah suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda, dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran”.
Sedangkan menurut Johanson dan Johanson (Isjoni 2009:17) “Cooperative Learning adalah mengelompokkan siswa didalam kelas kedalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut”.
Dari pendapat para ahli diatas dapat dibuat pengertian metode Cooperative Learning adalah suatu cara yang digunakan dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain dalam kelompok tersebut. Sedangkan metode kepala bernomor ini dapat memudahkan dalam pembagian tugas . dengan teknik ini siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya saling ketergantungan dengan teman-teman kelompoknya. Dan teknik ini bukan saja digunakan pada mata pelajaran matematika tetapi dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Jadi metode kepala bernomor merupakan salah satu tipe dari sekian banyak tipe dari metode Coopertive Learning. Numberd Heads Together(NHT) dapat diartikan kepala bernomor bersama. Maksudnya kelas dibagi menjadi beberapa kelompok disesuaikan dengan jumlah dan pokok bahasan yang akan dibahas dan masing-masing anggota kelompok diberi nomor yang berbeda-beda. Antara kelompok yang satu dengan kelompok  lainnya memiliki nomor yang sama, itu sebabnya metode pembelajaran ini disebut metode Cooperative Learning Tipe NHT.

2.    Metode Inkuiry Learning
Menurut Mulyasa (Martiningsih 2007) “metode Inkuiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inkuiry menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar yang aktif”.
Sedangkan Roestiyah (Martiningsih 2007) mengemukakan “metode Inkuiry merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar didepan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah kekelas”.
Metode Inkuiry menurut Suryosubroto (Martiningsih2007) adalah “proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses Inkuiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya,misalnya merumuskan problem, merancang eksperimen,melakukan ekperimen,mengumpulkan dan menganalisis data,menarik kesimpulan dan sebagainya”.

Menurut Joko Sutrisno (2008:31) “metode Inkuiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa sehingga dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitasnya dalam memecahkan masalah” .
Gulo (M. Zainal Abidin 2010:86) menyatakan bahwa, “strategi Inkuiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri” .
Menurut M. Zainul Abidin Inkuiry dalam bahasa inggris berarti “pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan”.
Dari pendapat para ahli diatas dapat dibuat pengertian metode Inkuiry Learning adalah suatu cara yang digunakan dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau tutorial dengan menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan serta menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis  dan merumuskan problem, merancang eksperimen, melakukan ekperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan dan sebagainya serta dapat mengembangkan kretifitasnya dalam memecahkan masalah dan merumuskan sendiri penemuannya itu.

B. BENTUK PENGAJARANNYA

1. Pengajaran dengan metode Cooperative learning Tipe NHT

Menurut Irzani(2007: 40) ciri-ciri pembelajaran Cooperative learning sebagai berikut:

a.    siswa belajar dalam kelompok, aktif mendengarkan, mengemukakan pendapat dan membuat keputusan selalu bersama

b.    kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

c.    Jika dalam kelas terdapat siswa-siswi yang terdiri dari berbagai ras, suku, agama, dan budaya dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap kelompok terdapat ras, agama, dan jenis kelamin yang berbeda pula.

d.    Penghargaan lebih di utamakan pada kerja kelompok dari pada kerja perorangan.

Roger dan David Johnson (Anita Lie) mengatakan “bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
Cooperative Learning”. Untuk mencapai hasil yang maksimal 5 unsur model pembelajaran Cooperative Learning harus terapkan yaitu:

-    Saling kebergantungan positif

-    Tanggung jawab perorangan

-    Tatap muka

-    Komunikasi antar kelompok

-    Evaluasi proses kelompok

Adapun langkah-langkah dalam menggunakan metode Cooperative Learning tipe NHT sebagai berikut:

-    Guru memberikan pengarahan kepada siswa tentang materi yang akan dibahas dalam diskusi kelompok.

-    Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sesuai dengan jumlah konsep yang akan dipelajari dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

-    Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Masing-masing kelompok menyatukan kepalanya Heads Together memikirkan jawabannya

-    Guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok, mereka diberi kesempatan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diterima dari guru.

-    Jika perlu guru bisa mengadakan kerjasama antar kelompok dengan cara siswa bisa bergabung dengan siswa lain yang memiliki nomor sama pada soal-soal yang sulit.

          Metode pembelajaran dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe NHT memiliki keunggulan sebagai berikut:

-    Setiap siswa memilki peranan dalam kelompok sehingga masing-masing anggota aktif dalam diskusi

-    Akan terciptanya rasa percaya diri dari masing-masing anggota

-    Terjalinnya kemunikasi yang bagus antar anggota sehingga tidak terjadi kesenjangan antara masing-masing anggota kelompok

-    Siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata bisa membantu siswa yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata sehingga prestasi belajar siswa akan merata satu sama lainnya.

-    Setiap anggota bisa saling membantu dengan cara masuk kedalam kelompok lain jika mereka mendapatkan kesulitan.

-    Setiap anggota memliki rasa tanggung jawab yang penuh terhadap masalah yang didapatkan.

2.    Pengajaran dengan Menggunakan Metode Inkuiry Learning

Pada pembahasan sebelumnya peneliti telah menjelaskan pengertian dari metode Inkuiry Learning dimana metode ini merupakan suatu cara yang digunakan dalam merencanakan pembelajaran dengan menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa untuk menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis dalam mengembangkan kreativitasnya dalam memecahkan masalah dan dapat merumuskannya sendiri. Dari pengertian diatas, hal pokok yang harus dipahami adalah berfikir ilmiah, artinya di dalam menggunakan metode ini sasaran utamanya adalah menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa. Sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang dihadapi serta dapat merumuskannya. Dalam metode ini peran guru adalah sebagai fasilitator (menunjukkan jalan jika siswa mengalami kesulitan). Motivator (memberikan rangsangan agar siswa aktif dalam berfikir serta seorang guru harus mampu memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan).


Langkah-langkah yang di tempuh dalam metode Inkuiry Learning sebagai berikut:

-    Guru memberikan arahan kepada siswa tentang materi yang akan di pelajari.

-    Guru menjelaskan materi dan siswa memperhatikan penjelasan guru.

-    Dari penjelasan guru itu diharapkan siswa menanggapi dengan cara bertanya kepada guru.

Dengan adanya pertanyaan ini akan kelihatan letak permasalahan yang dihadapi oleh siswa.

-    Dari permasalahan itu guru memberikan arahan kepada siswa dalam memecahkan permasalahan tersebut.

-    Setelah mendengarkan dan memahami arahan dari guru siswa diharapkan secara aktif untuk berfikir sendiri dalam mencari jawaban atas permasalahannya itu.

-    Setelah menemukan jawaban sendiri, siswa dan guru mencocokan jawaban siswa dan jawaban guru setelah itu siswa membuat kesimpulan dari masalah itu.
Metode Inkuiry Learning memiliki keunggulan diantaranya:

-    Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik.

-    Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

-    Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, objektif dan terbuka.

-    Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

-    Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik

-    Situasi belajar lebih menggairahkan

-    Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu

-    Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri

-    Menghindari diri dari cara belajar tradisional

-    Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengaksimilasi dan mengkomudasi informasi.