A. Pengertian Kepemimpinan
untuk mengkaji lebih dalam tentang kepemimpinan dalam pendidikan maka perlu kita ketahui bahwa pemimpin adalah terjemahan leader/head/manager, yang juga disebut “manajer/kepala/ketua/direktur/presiden dan lain-lain, tegasnya setiap orang yang mempunyai bawahannya. Pemakaian istilah ini tergantung kepada kebiasaan atau kesenangan setiap organisasi, jadi tidak perlu diperdebatkan
Faktor yang paling penting dalam kegiatan menggerakkan orang-orang lain untuk menjalankan kegiatan administrasi adalah kepemimpinan (leadership). Sebab kepemimpinanlah yang menentukan arah dan tujuan, memberikan bimbingan dan menciptakan iklim kerja yang mendukung pelaksanaan proses administrasi secara keseluruhan. Kesalahan dalam kepemimpinan dapat mengakibatkan gagalnya organisasi dalam menjalankan misinya.
Untuk memperluas pandangan terhadap pengertian kepemimpinan, maka dalam mendefinisikan kepemimpinan para ahli berbeda-beda, seperti dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirdjo sebagai berikut :
Kepemimpinana dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian (personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuataun atau wibawa, yang demikian rupa sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang di kehendakinya.
Kepemimpinana dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian (personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuataun atau wibawa, yang demikian rupa sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang di kehendakinya.
Berdasarkan pandangan di atas dapat disimpul bahwa kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkain kemampuan dan sifa-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka menyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebeankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta meras tidak terpaksa.
Berdasarkan beberapa batasan tersebut di atas bisa kita garisbawahi kepemimpinana atau kegiatan memimpin merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk : mempengaruhi, mendorong, mengarahkan, dan menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Berdasarkan beberapa batasan tersebut di atas bisa kita garisbawahi kepemimpinana atau kegiatan memimpin merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk : mempengaruhi, mendorong, mengarahkan, dan menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Sementara itu, dari pengertian kepemimpinan di atas penyusun mencoba memberikan batasan pengertian kepemimpinan (leadership) adalah proses kegiatan seseorang yang memiliki seni/kemampuan untuk mempengaruhi, mengkoordinasikan dan menggerakkan individu-individu supaya timbul kerjasama secara teratur dalam upaya mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan/dirumuskan. Sedangkan kepemimpinan kependidikan yaitu proses kegiatan mempengaruhi, menggerakkan dan mengkoordinasikan individu-individu, organisasi/lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
B. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan secara umum dapat dilihat dari uraian dibawah ini, yaitu:
1. Mengemban dan menyalurkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat, baik secara perseorangan maupun kelompok sebagai usaha mengumpulkan data/ bahan dari anggota kelompok/organisasi/lembaga dalam menetapkan keputusan yang mampu memenuhi aspirasi di dalam kelompok/organisasi/lembaganya. Dengan demikian keputusan akan dipandang sebagai suatu yang patut atau tepat untuk dilaksanakan oleh setiap anggota dalam rangka mencapai tujuan besama.
2. Mengembangkan suasana kerjasma yang efiktif dengna memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap kemampuan orang-orang yang dipimpin sehingga timbul kepercayaan [ad dirinya sendiri dan kesediaan menghargai orang lain sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dalam bekerja setiap orang mengetahui kedudukan dan fungsi masing-masing sehingga mampu memainkan peranan yang tepat dalam ikut serta memberikan sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan, baik secara perseorangan maupun melalui proses kerjasama.
3. Mengusahakan dan mendorong terjadinya pertemuan pendapat/buah pikiran dengan sikap harga menhargai sehingga timbul perasaan ikut terlibat di dalam kegiatan kelompok/oganisasi/lembaga dan tumbuh perasaan bertanggung jawab atas terwujudnya pekerjaan masing-masing sebagai bagian dari usaha pencapaian tujuan.
4. Membantu menyelesaikan masalah-masalah, baik yang dihadapi secara perseorangan maupun kelompok dengan memberikan petunjuk-petunjuk dalam mengatasinya sehingga berkembang kesediaan untuk memecahkan dengan kemampuan sendiri. Termasuk juga dlam hal ini adalah mendorong kemamapuan anggota untuk mengatsi masalah peningkatan kesejahteraan dalam rangka menciptakan modal kerja yang tinggi.
C. Model-Model Kepemimpinan
Ada tiga model kepemimpinan yang akan kami bahas dimana model-model tersebut aalah sebagai berikut:
1. Model kepemimpinan kontigensi Fielder
Mode kepmimpinan ini di kembangkan oleh Fred E. Fielder, ia berpendapat bahwa keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya di tentukan oleh suatu gaya kepemimpinan yang di terapkan, denga kata lain tidak ada seorang pemimpin yang dapat berhasil hanya dengan menerapkan satu macam gaya untuk semua situasi , seorang pemimpin akan cendrung berhasil apabila menerapkan gaya kepemimpinan yang berlainan untuk menghadapi situasi yang berlainan. Menurut pendekatan ini ada tiga variable efektif tidaknya kepemimpinan yaitu:
a. Hubungan antara pemimpin dengan yang di pimpin merupakan variable yang terpenting dalam menentukan situasi yang menguntungkan.
b. Derajat struktur tugas merupakan masukan kedua sangat penting bagi situasi yang menguntungkan.
c. Kedudukan penguasaan pemimpin yang di proleh melalui wewenang formal merupakan dimensi penting ketiga dari situasi.
2. Model kepemimpinan tiga dimensi
Model ini di kemukakan oleh Wiliam J.Reddin, model ini dinamakan three-dimensional model karena dalam pendekatannya menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpinan yaitu : gaya dasar, gaya efektif dan gaya tak efektif.
3. Model kontinum berdasarkan banyaknya peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan
Mengembang model ini adalah Vroom dan Yetton keduanya berpendapat bahwa ada dua macam kondisi utama yang dapat dijadikan dasar bagi pemimpin untuk mengikutsertakan atau tidak bawahan dalam pembuatan putusan. Dua macam kondisi tersebut adalah tingkat keefektifn teknis di antara para bawahan dan tingkat motivasi serta dukungan para bawahan.
D. Tipe-Tipe Kepemimpinan
1. Watak Kepemimpinan (Traits of Leadership)
Secara umum, studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya, kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi mereka, dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill 1974).
Ketidakberhasilan sudi tentang kepemimpinan pada masa awal dikarenakan tidak adanya hubungan yang jelas antara watak pribadi pemimpin dan kepemipinan sehingga para peneliti mencari faktor-faktor lain (selain watak) yang diharapkan dapat secara tegas menerangkan perbedaan antara pemimpin dan pengikut.
2. Kepemimpinan Situasional
Tipe kepemimpinan situasional merupakan pengembangan tipe watak kepemimpinan dengan memfokuskan pada faktor situasi sebagai variabel utama kemampuan memimpin. Identifikasi karekteristik situasi atau keadaan dilakukan sebagai faktor utama penentu keberhasilan seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efesien.
Hencley (1973) menyatakan bahwa faktor situasi lebih menentukan keberhasilan seorang pemimpin dibandingkan dengan watak pribadinya. Dalam pendekatan kepemimpin situasional ini, seseorang bisa dianggap sebagai pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan yang dihadapi.
3. Pemimpin yang Efektif (Effective Leaders)
Pemimpin yang Efektif (Effective Leaders) adalah pemimpin yang aggotanya dapat merasakan bahwa kebutuhan mereka terpenuhi, baik kebutuhan bekerja, motivasi, rekreasi, kesehatan, sandang , pangan, tempat tinggal, mupun kebutuhan lainnya yang pantas didapatkannya. Pendek kata, semua kebutuhan anggota dalam organisasi terpenuhi dengan baik.
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menata kelembagaan organisasinya secara terstruktur, mempunyai hubungan persahabatan yang sangat baik, saling percaya, saling menghargai, dan senatiasa hangat dengan bawahannya. Helpin (1966), Blake dan Mouton (1985) menyatakan bahwa tingkah laku pemimpin yang efektif cenderung menunjukkan kinerja yang tinggi terhadap dua aspek, yaitu struktur kelembagaan dan konsiderasi.
4. Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Leadership)
Kepemimpinan Kontingensi lebih memfokuskan perhatiannya pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy dan Miskel 1987). Disini fiedler (1967) menyatakan ada 3 faktor utama yang dapat mempengaruhi efektivitas pemimpin berdasarkan kesesuian situasi. Ketiga faktor tersebut meliputi hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader member-realition). Struktur tugas (the tax sructur) dan kekuatan posisi (position power).
Kepemimpinan Kontingensi lebih memfokuskan perhatiannya pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy dan Miskel 1987). Disini fiedler (1967) menyatakan ada 3 faktor utama yang dapat mempengaruhi efektivitas pemimpin berdasarkan kesesuian situasi. Ketiga faktor tersebut meliputi hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader member-realition). Struktur tugas (the tax sructur) dan kekuatan posisi (position power).
Model kontingensi yang lain,Path-Goal Tbeory,yang dikemukakan oleh House(1997) berpendapet bahwa efektivitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dan karateristik situasi.House membagi tingkah laku pemimpin dalam empat kelompok:supportive leadership(menunjukan perhatian terhadap kesejahteraan bawhan dan menciptakan iklim kerja yang bersahabat;directive leadership(mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai dangan peratuan,prosedur,dan petunjuk yang ada),participative ledership(konsultan dan bawahan dalam pengambilan keputusan dan acbiepement-oriented ledership(meenetukan tujuan organisasi yang menetang dan menekan perlunya kinerja yang memuaskan).
Kepemimpinan kontigensi memang dianggep lebih sempurna dari tipe-tipe sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi.Kelemahan dari kepemimpinan kontigensi adalah ketidakmampun dalam menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin, dan pariabel situasional.
5. Kepemimpinan Transformasional (Transformatjukan Leadership)
Burns(1978) salah satu yang memppelopori tori kepemiminan transformasional secara ekslisit mendefinisikan pentingya seorang pemimpin menekankan motivasi para bawahannya untuk melakukan tanggung jawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunkasikan dan menartikulasikan visi oraganisasi dan bawahannya harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimin.
Pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai sentral dan strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya pemimpin yang transformasional harus mempunyai bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari apa yang mereka butuhkan.
Bass dan Avolio (1994) dalam bukunya yang berjudul Improving Orgaztional Effectifness through Transformational Leadership mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai 4 dimensi yang disebut sebagai”The Four I’S”. Dimensi pertama disebut idealizd influene (pengaruh ideal) yang menggambarkan perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi,menghormati, dan sekaligus mempercayainya.Dimensi kedua disebut insprational motivation (motivasi inspirasi),yang menjelaskan pimpian transformasional sebagai pimpinan yang mampu mengartikulasi pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan, mendemonstrasikan komitmennya terhadap keseluruhan organisasi melalui penumbuhan antusiasmi dan optimesme. Dimensi yang ketiga intellectual stimulation (stimulasi intelektual).Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahannya, dan memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan yang baru melaksanakan tugas-tugas organisasi. Dimensi yang terakhir disebut individualized consideration (konsiderasi individu). Pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan yang secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan penembangan karir.
D. Gaya Kepemimpinan
1. Pemimpin visioner
Pemimpin visioner menumbuhkan geteran yang sanggup memberikan sesen tentang impian yang inggin dicapai .pemimpin visoner mengajak orang-orang membicarakan tentang harapan masa depan, dan merasakan belas kasisah dan dedikasih yang mereka rasakan. Ia bahkan menyuarkan nilai-nilai bersama dalam mengartikan visi organisasi yang kompleks .lebh jauh pemimpin vision mampu member ruh dalam tubuh organisasi yang dipimpinnya.
Kemafaatan yang lebih akan didapatkan dalam diri seorang pemimpin visioner antara lain bertahanya karyawan – karyawan terbain yang sejala dengan tune in nya nilai ,tujuan dan misi organisasi secara kolektif.organisasi yang sehat akan menyadarih bahwa visik dan misinya menawarkan yang berbeda dan unik terhadap idividu yang ttrlibat didalamnya .ddenngan memberikan gambaran tugas kolektif dalam menncapai visi yang lebih besar,cara ini erumuskan standar umpan balik mekanisme kerja yang melingkar di sekitar visi tadi.
Kepemimpinan visioner bisa memaksimalkan pontesi organisasi tau lembaga untuk tujuan janga panjang , karena dengan pendekatan visioner inilahyang paling efektif untuk mencapai tujuan bersama.setiap pekerjaanyang dilakukan sehari –hari seras memberinafas yang berbeda memacu semangat untuk mencapai tujuan bersama tersebut selaras dengan cita – cita kolekstif yang dibangun .
2. Karakteristik pemimpin visoner
Dalam banya penelitian di bidang psokologi ,temuan terbaru mencatat bahwa kecerdasan emosi memberikan yang lebih besar terhadap keberhasilan seseorang . Inspirasional yang merupakan bagian dari kecerdasan emosional merupakan salah satu. ciri pemimpin visioner dengan gaya visioner nya bisa memberikan inspirasi dan menumbuhkan kepercayaan diri,kesadaran diri, dan empati terhadap orang – orang yang dipimpinya .dari pemimpin visioner ini bisa mensinergiskan berbagai kepentingan dan dapat dibimbing menuju visi tersebut dengan tegas .kepercayaan diri,kesadaran diri, dan empati dijadikan katalis untuk mengarahkan ,merubah ,dan tangggap terhadap berbagai resiko yang akan mengirinngi perubahan organisasi .
Ciri lainya dari pemimpin visioner adalah transprasnsi-transpransi terhadap informasi yang yang berkaitan pencapaian visi organisasi memberikan ruang pada orang – orang di semua tingkatan organisasi merasa ikut dilibatkan .penyebaran pengetahuan akan dilakukan oleh pemimpin visioner secara terbuka dan diskik ursif untuk meraih sukses bersama .secara umum kredibilitas seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi perkembangan organisasi .
Di akui bahwa gaya kepemimpinan visioner ini membrikan dampak ppositif yang cukup kuat ketika organisasi mengalami stagnasi atau membutuhkan visi kontra produktif .dalam sebuah kasus misalnya ,pemimpin yang masih usia muda mempunyai cita – cita yang besar menenkankan agar bawahnya berusaha keras agar target tercapai .
3. Gaya pemimbing
Melakukan pembicaraan secara personal atau dari hati ke hati dengan bawahan merupakan gaya eorang pemimpin pemimbing. Dia tidak sekedar membicarakan kegiatan sehari – hari di organisasi tapi juga mengetuk hati s seseorang dengan lebih dalam denngan bertanya apa impian – impiannya ,tujuan hidupnnya ,dan harapan karrilnya .para pemimpin umumnya jarang menunjukangaya pemimbing ini karena brbagai alasan yang secara rasional bisa dibenarkan.
Walaupun gaya pemimbing ini lebih berfokus pada perkembangan personal,buka pencapaian tujjuan secara kolektif .gaya pemimbing ini mampu memberikan respon emosi positif dan hasil yang lebih baik terhadap perkembangan organisasi secara menyeluruh .karena dengan gaya ini akhirnnya terbentuk ikatan dan kepercayaan yang tinggi ,mereka merasa benar – benar dibutuhkan dan tidak hanya dijadkan alat untuk menyelesaikan pekerjaan .
Terjalinya ikatan dan kepercayaan yang tinggi tadi seorang pemimbing tidak segan – segan mendelegasikan sebuah pekerjaan ,disampakan untuk memberikan pelajaran baru sebagai pengembang diiri.motivasi atau dorongan yang diberikan mampu memberikan harapan baru yang bersangkutan .dengan begitu,kebututuan yang terjadi dalam organisasi akan cepat diatasi sehingga performa organisasi semakin mantap.
4. Karakteristik pemimpin pemimbibing
Kesadaran diri (emosi ) dan empati merupakan kecerdasan emosi yang memungkinkan seseorang pemimpin bertindak sebagai penasihat ,mengali tujuan ,dan nilai – nilai bawahnya dengan secara tekun memb antu mereka untuk mengembangkannya sembangun endiri .kemampuan pemimpin mendengarkan keluhan masalah yang dihadapi bawahannya akan membangun pola hubungan yang tidak hanya sekedar ‘’saya atasan’’dan ‘’kamu bawahan’’.pemimbimbing yang baik akan menginformasikan dan mengkomunikasi sesuatu sebelumnya tiadk disadari oleh bawahannya bahwa potensi yang dimiliki bawahan tersebut akan berdampak pada keingnan yang kuat unntuk melakukan yang terbaik .kepedlian yang tinggi secara tidak langsung menjadi suntikan motivasi pada mereka untuk memiliki standar kinerja yang tinggi dan merasa bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukan .
5. Gaya pembangun hubungan ( Afiliatif)
Keterbukaan terhadap berbagai masalah yang yang di hadapi baik perseorangan maupun oraganisasi merupakan gaya seorang pemimpin afliatif .gaya ini cenderun lebih menekangkan pada harmonisasi ,penguatan moral memperprbaikan komunikasi dan kepercayaan yang dibanggun .
Meskipun indektif dengan gaya kepemiminan yang lemah , kepemimpinan afiliatif mampu menjebatani berbagai keinginan dalam kelompok .memang ketika emimpin mengadalkan pendekatan alfiatif yang terjadi pekerjaan yang menjadi nomor dua setelah perasaan .gaya seperti ini secara berlebihan akan menngurangi sikap kritis seseorang cenderungan penghindaran terhadap konf ortasi dan mengambaikan korektif dapat membelokkan organisasi menuju kegagalan .
6. Karakteristik pemimpin afiliatif
Gaya aliliatif mencerminkan seorang pemimpin berupa untuk membangun kolaborasi tim yang baik. Empati seorang pemimpin afiliatif memungkingkan bahwannya tetap senang karena ia peduli pada orang secara keseluruhan dan tidak hanya pada tanngunngjawab pekerjaan mereka .pemimpin afiliatif menjadi penut ketika perlu pengelolaan konflikte terhadap upaya mennyatukan perbedan – perbedaan yang muncul atau menyatukan oranng – orang yang terlibat konflik kedalam kelompok kerja yang harmonis .
7. Gaya demokratis
Pemimpin demokratis akan melakukan upaya – upaya persuasif dalam mengembali keputusan tertentu. Suasana egaliter dalam mendiskusikan, mendengarkan berbagai sara maupun krtikan yang masuk untuk mencapai persetujuan (mufakat ),dapat menumbhkan rasa percaya dan penghormatan (komitme )
Nilai – nilai demokrasi (kejujuran , keadilan ,akuntabel, dan transpara ) menjadi cerminan perilaku pemimpin demokratis .gaya demokratif sangat bermanfaat untuk memancing ide – ide segar tentang cara terbaik bagaiman menerankan visi dan cara – cara terbaru bagaiman melaksanakanya.
Nilai – nilai demokrasi (kejujuran , keadilan ,akuntabel, dan transpara ) menjadi cerminan perilaku pemimpin demokratis .gaya demokratif sangat bermanfaat untuk memancing ide – ide segar tentang cara terbaik bagaiman menerankan visi dan cara – cara terbaru bagaiman melaksanakanya.
Gaya demokrasi ttentu juga memiliki kelemahan dalam sebuah kasus ,misalnya dalam sebuah rapat mengamanatkan pimpinan harus menganbil keputusan secara cepat ,hal ini sulit dilakukan karena harus menampung semua semua ide (gagasan ) , saran maupun kritik yang ada sehinnganya yang terjadi rapat cenderun berlarut – larut dan melelahkan keputusan yang diambil tetap samar,mengagendakan rapat berikutnnya .bisa dibayangkan disaat genting, pemimpin menundakeputusan – keputusan pentig akan munculkan banyak resiko .
8. Gaya penentu kecepatan
Gaya ini menceritakan bahwa pemimpinadalah seorang yang obsesif .segalah sesuatu bisa dilakukan dengan lebih baik dan lebih cepat yang sesuai dengan standar kkinerja yang tinggi .pemimpin denngan gaya seperti akan mudah memarahi bawahan yang bikenerja buru, menuntut lebih pada mereka dan apabila tercapai target,dia sendiri akan melakukannya .
Gaya penentu kecepatan ini apabiala diterapkan secara buruk maka pemimpin tidak saja kekurangan visi tetapi juga empati .seringkali terjadi seperrang - orang ti ini hannya terfokus pada tujuan ,mengharapkan orang – orang sudah tahu apa yang harus dikerjakan sehingga yang Nampak adalah ketidakpedulian pada orang – orang yang sebenarnya mereka andalkan untuk mencapai tujuan tersebut .
9. Gaya memerintah
9. Gaya memerintah
Gaya mememrintah atau lebih sering disebut gaya intimidasi ,memungkinkan seorang pemimpin menuntut kepatuhan yang total .pemimpin tidak mau menjelaskan apa dan bagaimanacara menjelaskannya ? ancaman demi ancaman dilakukan jika bawahan tidak menuruti perintahnya.gaya kepimpinan ini akan melemahkan semamgat ,harga diri dan keppuasa oranng – orang dalam melakukan pekerjaannya.
Kecendurungan berperlilaku negatif pada pemimpin dengan gaya memerintah harus diimbangi dengan pertimbangan dan ketepatan .gaya memerintah bisa berjalan efektif ketika pada saat awal organisasi dijalankan .karena pasaat saat tersebut diperlukan upaya – upaya untuk menyingkirkan kebiasaan lama yang tidak bermanfaat bagi kelangsungan organisasi .
Gaya memmerintah sanngat hati – hati ,pada situasi dan kondisi trtentu dimana gaya ini diterapkan .jika seorang pemimpin tahu kapan situasi membutuhkan tanggan besi dan kapan harus dilakukan ,maka ketegasan yang dilaksanakan dengan terampil biasa menyelamatkan organisasi .
E. Faktor-Faktor Keberhasilan Kepemimpinan
1. Integritas
Pemimpin yang baik adalah pribadi berintegritas tinggi karena ini merupakan salah satu kualitas terpenting dalam kepemimpinan, pemimpin yang memiliki integritas selalu meelihara standar perilaku dan performa yang tinggi, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Pemimpin berintegritas selalu memeberi contoh terbaik dan tidak pernah minta orang lain untuk memenuhi standar yang mereka sendiri tidak dapat memenuhi. Pemimpin yang baik tidak pernah menuntut hak khususu atau menyalahgunaakan wewenang atau jabatan. Pemimpin yang mempunyai integritas tinggi akan selalu wajar dan adil, sebab ini merupakan syarat utama dari integritas sesorang.
2. Kecerdasan
Pemimpin yang baik tidak mesti harus orang yang jenius. Pemimpin yang jenius. Pemimpin yang baik cukup cakap untuk mengenali kekurangan merka dan menyadari bahwa mereka tidak mungkin tahu semua hal. Gelar sarjana dan pengalaman yang luas dalam pekerjaan tidak menjadi syarat wajib bagi pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik cukup berusaha untuk menghindari keterbelakangan dan cukup cerdas untuk menyadari kebutuhan agar tetap mengembangkan diri. Pemimpin yang baik selalu berprilaku luwes. Mereka selalu memahami perubahan dan dengan cepat dapat menyesuaikan diri pada sesuatu yang baru, dan mereka tidak segan-segan mentransfer kepada bawahannya.
3. Keberanian
Pemimpin yanng baik harus berani, dengan ketetapan hati untuk tetap mempertahankan tindakan dan keputusannya serta bertanggung jawab apa yang dikerjakan. Pemimpin yang mempunyai keberanian akan memiliki kepercayaan diri dan bersandar pada kemampuannya sendiri. Keberanian dan ketetapan diri yang dimiliki sanggup mengilhami keyakinan dan rasa hormat dari orang yang bekerja untuk mereka.
4. Inisiatif
Pemimpin yang berkualitas akan banyak mempunyai inisiatif, panjang akal, dan cekatan. Dalam setiap aktivitasnya selalu menampakkan kegairahan dan imajinatif. Inisiatif dilakukan dengan keyakinan yang sangat tinggi akan keberhasilan yang didapatkan. Mereka penguasa dari tindakan mereka sendiri dan berketerampilan luar biasa untuk mengembangkan kerjasama dan usaha orang lain.
5. Penilaian
Pemimpin yang baik mempunyai standar penilaian yang tinggi, karena dengan penilaian tersebut ia harus menentukan tindakan dan keputusannya. Penilaian memberikan kepada pemimpin yang baik kesadaran atas pengaruh mereka kepada pegawai dan situasi kerja yang mengelilinginya. Kelima kualitas kepemimpinan di atas sangat popular diperkenalkan oleh managemen. Dari berbagai catatan pengawasan yang dilakukan oleh beberapa ahli menyimpulkan bahwa kriteria pemimpin di atas tidak didapat dengan mudah. Tetapi mereka menggarisbawahi bahwa bahwa hal ini bisa dipelajari dan dikembangkan.
F. Kepemimpinan Pendidikan yang Efektif
1. Pembina Disiplin
Seorang pemimpin harus mampu menumbuhkan disiplin, terutama disiplin diri (self discipline). Berkaitan dengan hal ini, pemipin harus mampu membantu bawhannya mengembangkan pola dan meningkatkan standar perilakunya, serta menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan kedisiplinan. Disiplin merupakan sesuatu yang penting untuk menanamkan rasa hormat terhadap kewenangan,jalinan kerjasama, dan kultur organisasi.
Dalam manajeman berbasis sekolah pemimpin harus mempunyai jiwa tut wuri handayani. Pemimpin di sini harus mampu menjadi teladan bagi guru dan semua staf yang ada di bawahnya. Sikap demokratis hasus di kembangkan dalam upaya meningkatkan kinerja bawahan. Taylor dan User(1982) mengemukakan strategi umum dalam membina disiplin sebagai berikut:
1. Konsep Diri. Konsep-konep diri setiap individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Untuk
menumbuhkan konsep diri,pemimpin di sarankan bersipat empatik, menerima dan terbuka sehingga para bawahan dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalahnya.
2. Keterampilan Berkomunikasi. Pemmpi harus menerima semua perasaa bawahan dengan teknik komunikasi yang dapat menimbulkan kepatuhan dalam diri sendiri.
3. Konsekuensi-konsekuensi Logis dan Alami. Perilaku-perilaku yang salah terjadi karna bawahan telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Uuntuk itu pemimpinnya disini disarankan menunjukkan secara tepat perilaku yang salah sehingga membantu bawahan dalam mengatasi perilakunya dan memanfaatkan akibat-akibat logis alami dari perilaku yang salaah.
4. Klarifikasi Nilai. Strategi ini dilakukan untuk membantu bawahan dalam menjawab pertanyaanya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.
5. Latihan Keefektifan Memimpin.Teknik ini bertujuan untuk menghilangkan kesan represif dalam kekutan. Reward dan punisbment diberikan melalui teknik-teknik komunikasi tertentu yang mampu menjadi umpan balik yang efektif.
6. Terafi Realitas. Pemimpin harus bersikap positif dan bertanggung jawab terhadap kemungkinan berkaitan dengan dinamika organisasi.
Untuk menerapkan berbagai stategi tersebu kepada sekolah sebagai top levelharus mempertimbangkan situasional dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Untuk menerapkan berbagai stategi tersebu kepada sekolah sebagai top levelharus mempertimbangkan situasional dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2. Motivasi
Motivasi mempunyai peranan yang peranan yang dapat menggerakkan faktor-faktor lain yang mengarah pada peningkatan efektifitas kerja. Dalm sekup tertentu motivasi sering dianalogikan sebagai mesin dan kemudi mobil, yang berfungsi sebagai penggerak dan pengarah. Keragaman karekteristik yang melekat pada setiap karyawan meemrlukan perhatian pelayanan yang khusus pula darinpemimpinnya, agar dapat memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kinerjanya.
Motivasi merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam suatu organisasi. Pegawai akan bekerja dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Maslow (1970) menegemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong dari dlam yang menyebabkan menusiat berbuat sesuatu atau berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.
Motivasi merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam suatu organisasi. Pegawai akan bekerja dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Maslow (1970) menegemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong dari dlam yang menyebabkan menusiat berbuat sesuatu atau berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.
Dari berbagai pengertian motivasi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah ungkapan-ungkapan yang mamapu mendorong seseorang untuk melekukan sesuai dengan apa ynag mereka tngkap dan pikirkan.
Owen, dkk (1981) memebagi motivasi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang datang dari dalam diri seseorang. Misalnya, pegawai melekukan suatu kegiatan karena ingin menguasai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam pekerjaannnya. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yanng berasal dari linngkungan luar seseorang. Misalnya, pegawai bekerja karena ingin mendapat pujian atau ingin mendapat penghargaan dari pimpinannya.
Owen, dkk (1981) memebagi motivasi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang datang dari dalam diri seseorang. Misalnya, pegawai melekukan suatu kegiatan karena ingin menguasai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam pekerjaannnya. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yanng berasal dari linngkungan luar seseorang. Misalnya, pegawai bekerja karena ingin mendapat pujian atau ingin mendapat penghargaan dari pimpinannya.
3. Penghargaan
Penghargaan (rewards) dapat memecu seseorang untuk melakukan kegiatan yang produktif dan mengurangi kegiatan-kegiatan yang dapat menghambat organisasi dengan pengjhargaan pegawai akan terangsang untuk meningkatkan kinerja yang positif dan produktif. Penghargaan ahrus diberi secara terbuka semua pegawai, kegiatan ini harus didasarkan pada pencapain hasil (prestasi) yang dilakukan pegawai.
4. Kepemimpinan Efektif
4. Kepemimpinan Efektif
Penelitian tetntang kepemimpinan efektif dan tidak efektif mengemukakan bawah pemimpin efektif tidak didasarkan pada sifat manusi tertentu, tapi terletak pada seberapa jauh sifat sifat seorang pemimpin dapat mengatasi keadaan yang dihadapinya. Newstrom dan Davis (1997) menyatakan bahwa sifat-sifat ayng harus dimiliki oleh pemimpin yang efektif meliputi hasrat untuk memimpin, keinginan personel, percaya diri, kejujuran dan integritas yang tinggi, pengetahuan, kemampuan berfikir, luwes dan adaptif, perasaan positif,
kreativitas dan orisinalitas, serta kharisma.
5. Kepala Sekolah yang Efktif
5. Kepala Sekolah yang Efktif
Keberhasilan sekolah mencapai tujuannya antara lain sangat ditentukan oleh keandalan kepala sekolah dalam memanage sekolahnya. Peranan kepemimpinan dalm suatu kelompok kerja atau organisasi sangat berpengaruh untuk mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan. Oleh karna itu, keberhasilan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efesien sangatlah ditentukan oleh kepandaian kepemimpinan seorang pemimpin.
Sebgian besar peneliti pendidikan menggeneralisasi bahwa faktor penentu utama mutu sekolah untuk sebagian besar bertumpu pada kepala sekolahnya. Kepemimpinan kepala sekolah yang dimaksud adalah kemampuan bekerjasama dengan dan atau melalui komunitasnya untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efesien. Konsepsi kepemimpinan ini merujuk pada dua hal, yaitu pemimpin dan pengikut (leader and follower). Kepala sekolah sangat mungkin menjadi berdaya jika guru dan staf tidak mampu menjadi pengikut secara total berniat untuk mengabdikan diri pada kepentingan pendidikan di sekolahnya.
Suyanto, dkk (2003) menemukan bahwa sebagian besar kepala sekolah dasar memiliki tipe kepemimpinan transformasional yang tinggi. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dasar berkolerasi positif dan signifikan dengan kepuasan guru. Mien Ratoe Oerdjoe (2004) menemukan bahwa kepemimpinan sekolah merupakan salah satu faktor yang mendorong sekolah untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Beberapa karekteristik efektivitas kepemimpinan kepala sekolah tanpak dalam menyusun visi, misi tujuan dan sasaran sekolah serta mensosialisasikan kepeda warga sekolah guna mendapat dukungan warga sekolah.
Manajemen berbasisi sekolah digunakan kepela sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan secra efektif dan efesien. Kepemimpinan kepala sekolah efektif berdasarkan manajemen berbasis sekolah dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut:
1. Mamapu memeberdayakan guru-guru untuk meleksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.
2. Dapat menyelesain tugas dan pekerjaan sesuai denngan waktu yang telah ditetapkan.
3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat, sebgai jembatan untuk mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.
4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinana yanng sesusai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lainnya.
5. Berhasil mewujudkan sekolah secra produktif sesuai dengan ketentuan yang sudah disepakati bersama.
Keterampilan-keterampilan penunjang yang harus dimilki leh serang pemimpin mengoperasikan organisasi.
Keterampilan-keterampilan penunjang yang harus dimilki leh serang pemimpin mengoperasikan organisasi.
Keterampilan manusiawi adalah ketermpilan untuk bekerjasama, memotivasi dan memimpin dan keterampilan teknik yaitu keterampilan yang harus dimilki kepala sekolah dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik, serta perlengkapan untuk meneyelesaikantugas tertentu. Kegietan-kegiatan lain yang harus dilakukan kepla sekolah sebagai pengembang diri adalah senatiasa belajar dan mencermati pekerjaan sehari-hari di lingkungan sekolah, melakuakn observasi kegiatan manajemen secara terencana dan berfikir kreatif untuk mengembangkan metode-metode baru dalam proses belajar mengajar maupun membangun jaringan.
Secara umum kepemimpin pendidikan yang efektif menempatkan kepela sekolah sebagai pusat penelitian dan juga pengikutnya (guru maupun staf lainnya). Kepala sekolah sebagai pembuat kebijakan mempunyai peran strategis dalam memajukan atau memundurkan sekolahan yang dipimpinnya. Kepemimpinam dalam sebuah organisasi kependidikan sangat diperlukan dalam era modern saat ini, di samping penguasaan teknologi juga tetatanya nilai-nilai yang nantinya mampu melahirkan generasi yang siap terhadap perubahan juga tidak terpengaruh pada perubahan yang cenderung negatif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas pemimpin:
Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas pemimpin:
Menurut H. Jodeph Reitz (1981) faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin meliputi :
1) Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin.
Hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan. Sebgai contoh, jika ia pernah sukses dengan cara menghargai bawahan dlam pemenuhan kebutuhannya, cenderung akan menerapkan gaya kepemimpin yang berorientasi kepad bawahan/orang.
Hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan. Sebgai contoh, jika ia pernah sukses dengan cara menghargai bawahan dlam pemenuhan kebutuhannya, cenderung akan menerapkan gaya kepemimpin yang berorientasi kepad bawahan/orang.
2) Harapan dan prilaku atasan.
Sebagai contoh atasan yang secara jelas memekai gaya yang berorientasi pada tugas, cenderung manajer menggunakan gaya itu.
Sebagai contoh atasan yang secara jelas memekai gaya yang berorientasi pada tugas, cenderung manajer menggunakan gaya itu.
3) Karekteristik, harapan dan prilaku bawahan, mempengaruhi terhadap gaya kepemimpinan manajer. Sebagai contoh, karyawan yang mempunyai kemamapuan tinggi biasanya akan kurang memerlukan pendekatan yang direktiktif dari pemimpin.
4) Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempenguhi gaya pemimpin, sebagai contoh bawahan yang bekerja pada bagian pengolahan data (Litbang) menyukai pengarahan yang lebih berorientasi kepada tugas.
5) Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan prilaku bawahan. Sebagi contoh kebijakan dalam pemberian penghargaan, imbalan dengan skal gaji yang ditunjang dengan insentif lain (dana pensiun, bonus, cuti) akan mempengaruhi motivasi kerja bawahan.
6) Harapan dan perilaku rekan, sebagi contoh manajer membentuk persahabatan dengan rekan-rekan dalam organisasi. Sikap mereka ada yang merusak reputasi, tidak mau kooperatif, berlomba memperebutkan sumber daya, sehingga mempengaruhi perilaku rekan-rekannya.
0 comments:
Post a Comment