RELASI DAN OPERASI DALAM SISTEM MATEMATIKA
A. Pengertian Relasi
Relasi dari himpunan A Ke himpunan B adalah pemasangan anggota-anggota himpunan A (daerah asal) dengan anggota-anggota himpunan B (daerah lawan). Relasi dapat dinyatakan dengan 3 cara, yaitu:
1. Diagram panah
Anggota-anggota himpunan P berelasi dengan anggota himpunan Q dengan relasi “menyukai”. Hal tersebut ditunjukkan dengan arah panah. Oleh karena itu, diagramnya disebut diagram panah.
2. Himpunan pasangan berurutan
Diagram kartesius merupakan diagram yang terdiri atas sumbu X dan sumbu Y. Pada diagram kartesius, anggota himpunan P terletak pada sumbu x, sedangkan anggota himpunan Q terletak pada sumbu y.Relasi yang menghubungkan himpunan P dan Q ditunjukkan dengan noktah atau titik.
3. Diagram Cartesius
Sebuah relasi yang menghubungkan himpunan yang satu dengan himpunan lainnya dapat disajikan dalam bentuk himpunan pasangan berurutan. Cara penulisannya adalah anggota himpunan P ditulis pertama, sedangkan anggota himpunan Q menjadi pasangannya.
Contoh 1 :
Via : Aku suka permen dan coklat
Tomi : Aku suka coklat dan Es-krim
Ita : Aku suka Es-krim
Dari contoh diatas dapat dibuat dua himpunan, yaitu :
• Himpunan A adalah himpunan nama orang
A = { Via, Tomi, Ita }
• Himpunan B adalah himpunan makanan kesukaan
B = { permen, coklat, es-krim}
Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah “Makanan Kesukaan” dan dapat dinyatakan dengan :
1. Diagram Panah
2. Himpunan Pasangan Berurutan
{(Via, permen), (Via, coklat), (Tomi, coklat), (Tomi, es-krim), (Ita, es-krim)}
3. Diagram Carteius
Advertisment**
Free SEO tools for your Blog and Website!
1. Relasi Invers
Misalkan R merupakan relasi dari himpunan A ke himpunan B. Invers dari R yang dinyatakan dengan adalah relasi dari B ke A yang mengandung semua pasangan terurut yang bila dipertukarkan masih termasuk dalam R. Ditulis dalam notasi himpunan sbb ;
R-1= {(b,a) : (a,b)R}
2. Relasi Refleksif
Misalkan R = (A, A, P(x,y)) suatu relasi. R disebut relasi refleksif, jika setiap A berlaku (a,a)R. Dengan kata lain, R disebut relasi refleksif jika setiap anggota dalam A berelasi dengan dirinya sendiri
3. Relasi Simetrik
Misalkan R = (A, B, P(x,y)) suatu relasi. R disebut relasi simetrik, jika setiap (a,b)R berlaku (b,a)R. Dengan kata lain, R disebut relasi simetrik jika a R b berakibat b R a.
4. Relasi anti Simetrik
Suatu relasi R disebut relasi anti simetrik jika (a,b)R dan (b,a)R maka a=b. Dengan kata lain Jika a, b A, a≠b, maka (a,b)R atau (b,a)R, tetapi tidak kedua-duanya.
5. Relasi Transitif
Misalkan R suatu relasi dalam himpunan A. R disebut relasi transitif jika berlaku ; Jika (a,b)R dan (b,c)R maka (a,c)R. Dengan kata lain jika a berelasi dengan b dan b berelasi dengan c, maka a berelasi dengan c.
6. Relasi Equivalen
Suatu relasi R dalam himpunan A disebut relasi equivalen jika memenuhi: Sifat Refleksif, Sifat Simetrik, Sifat Transitif.
C. Operasi Relasi
Karena relasi merupakan himpunan, maka operasi pada himpunan juga berlaku dalam relasi:
1. Operasi (intersection)
2. Operasi (union)
3. Operasi (symmetric difference)
4. Operasi - (difference)
5. Operasi komplemen (komplemen relative terhadap Cartesian product)
D. Operasi dalam Sistem Matematika
• Kesamaan Dua Buah Bilangan
Definisi 1: {kesamaan dua buah bilangan}
Dua bilangan a dan b dikatakan sama (ditulis “ a = b ”) jika dan hanya jika a dan b menyatakan nama-nama untuk suatu bilangan.
Sifat-sifat relasi “ = “.
1. Sifat refleksif : Untuk setiap a, a = a.
2. Sifat Simetris : Jika a = b, maka b = a.
3. Sifat Transitif : Jika a = b dan b = c, maka a= c
• Penjumlahan Bilangan Cacah
Definisi 2: {Operasi Biner}
Suatu operasi biner pada himpunan S dinyatakan mengawankan secara tunggal (tepat satu) setiap pasangan berurutan (a,b) anggota dari S x S dengan a * b. Catatan: Operasi biner didefinisikan sebagai fungsi dengan domain S X S. Sifat tertutup dalam operasi biner Untuk setiap a, b anggota S, maka a * b anggota dalam S.
Definisi 3: {Penjumlahan Bilangan Cacah}
Jika b = n(B), k = n(K), maka b + k = n (B U K)
Definisi 4: {Aturan Penjumlahan Bilangan cacah}
Jika a, b, c, d dan e adalah Bilangan-bilangan cacah maka berlaku :
1. a + b + c = (a + b) + c
2. a + b + c + d = {(a + b) + c} + d
3. a + b + c + d + e = [{(a + b) + c} + d] + e
Definisi 5: {Perkalian Bilangan Cacah}
Jika p dan q bilangan-bilangan cacah sedemikian hingga p = n(P) dan q = n(Q), maka operasi biner p x q adalah n(P x Q). p x q disebut hasil kali p dan q masing-masing disebut faktor
Definisi 6: {Aturan Perkalian Bilangan Cacah}
Jika p, q, r, s dan t adalah bilangan-bilangan cacah maka berlaku :
1. p x q x r = (p x q) x r
2. p x q x r x s = {(p x q) x r} x s
3. p x q x r x s x t = [{(p x q) x r} x s] x t
• Pengurangan Bilangan Cacah
Definisi 7: {pengurangan bilangan cacah}
Jika a, b dan c adalah bilangan-bilangan cacah, maka a – b = c jika dan hanya jika a = b + c. Pengurangan bilangan cacah juga dapat dinyatakan dalam definisi sebagai berikut: a dan b bilangan-bilangan cacah sedemikian hingga a = n(A) dan b = n(B) serta A subset B maka a – b = n(A – B)
Definisi 7 dapat dinyatakan sebagai :
a = b + (a – b) {rumus pengurangan bilangan cacah}, Kemudian dengan sifat komutatif penjumlahan menjadi a = (a – b) + b
Definisi 8: {Apabila a, b dan (a – b) bilangan-bilangan cacah}
(a – b) + c = (a + c) – b
Bukti :
(a – b) + c = (a + c) – b dapat dipandang sebagai pengurangan, sehingga
(a + c) sebagai terkurang, b sebagai pengurang dan {(a – b) + c} sebagai hasil pengurangan. Sehingga diperoleh (a + c) = b + {(a – b) + c}
Bentuk inilah yang akan kita buktikan.
(a + c) = b + {(a – b) + c}
= b + {(a – b) + c} {sifat asosiatif penjumlahan}
= {b + (a – b)} + c {rumus pengurangan}
= a + c
Definisi 9: {pembagian bilangan-bilangan cacah}
Jika e, f dan g bilangan-bilangan cacah, dan f tidak sama dengan nol, maka e : f = g jika dan hanya jika e = g x f
Advertisment**
Free SEO tools for your Blog and Website!
Advertisment**
Free SEO tools for your Blog and Website!
g = e : f disubtitusi ke e = g x f
Definisi 10: {Relasi lebih kecil}
Jika a dan b bilangan-bilangan cacah, a lebih kecil dari b (a < b) jika dan hanya jika terdapat bilangan asli c sedemikian hingga a + c = b.
Definisi 11: {Relasi lebih besar}
Jika a dan b bilangan-bilangan cacah, a lebih besar dari b (a > b) jika dan hanya jika b < a.
Dari definisi 10 dan 11 diperoleh :
Sifat Trikotomi Bilangan Cacah :
Jika a dan b bilangan-bilangan cacah maka hanya salah satu dari tiga relasi berikut yang benar.
a < b a = b a > b
Berdasarkan sifat trikotomi, relasi “<“ mempunyai beberapa sifat, yaitu : Jika a, b dan c adalah bilangan cacah, maka :
1. Sifat irrefleksif, a tidak kurang dari a
2. Sifat asimetris, Jika a < b maka b tidak kurang dari a
3. Sifat transitif, jika a < b dan b < c maka a < c.
Definisi 12: {invers dan identitas penjumlahan}
Jika n bilangan bulat maka n + (-n) =(-n) + n = 0. (-n) disebut dengan Invers Penjumlahan dari n, dan 0 disebut elemen identitas dari penjumlahan.
Definisi 13: {Sistem bilangan bulat terdiri atas himpunan}
B = {…, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,…} dengan operasi (+) dan (x). Untuk a, b, dan c bilangan-bilangan bulat sembarang, sifat-sifat sistem bilangan bulat adalah :
1. Sifat tertutup penjumlahan : (a + b) dalam B.
2. Sifat tertutup perkalian : (a x b) dalam B.
3. Sifat Komutatif Penjumlahan : a + b = b + a.
4. Sifat Komutatif Perkalian : a x b = b x a.
5. Sifat Asosiatif Penjumlahan : (a + b) + c = a + (b + c).
6. Sifat Asosiatif Perkalian : (a x b) x c = a x (b x c).
7. Sifat Distributif kiri perkalian terhadap penjumlahan a x (b + c) = (a x b) + (a x c).
8. Sifat Distributif kanan perkalian terhadap penjumlahan (a + b) x c = (a x c) + (b x c).
9. Untuk setiap a, ada dengan tunggal elemen 0 dalam B sehingga, a + 0 = 0 + a = a, 0 disebut elemen identitas penjumlahan.
10. Untuk setiap a, ada dengan tunggal elemen 1 dalam B sehingga a x 1 = 1 x a. 1 disebut elemen identitas perkalian.
• Pembagian Bilangan Cacah
Definisi 14: {Pengurangan Bilangan Bulat}
Jika a, b dan k bilangan-bilangan bulat, maka a – b = k bila dan hanya bila a = b + k. Sifat tertutup pengurangan bilangan bulat Untuk setiap a dan b bilangan-bilangan bulat selalu ada tunggal bilangan bulat (a – b).
Definisi 15: {pembagian bilangan bulat}
Jika a, b, c bilangan-bilangan bulat dengan b tidak sama dengan nol a : b = ca = bc.
Berdasarkan definisi 14 dan sifat 13 diperoleh :
v ab : (-a) = (-b)
v ab : (-b) = (-a)
Berdasarkan definisi 15 dan sifat 12 diperoleh :
-(ab) : a = (-b)
-(ab) : b = (-a)
-(ab) : (-a) = b
-(ab) : (-b) = a
Jadi, didapat rumus-rumus Pembagian Bilangan Bulat
1. ((-a) : b) x b = (-a)
2. (a : (-b)) x b = (-a)
3. ((-a) : b) x (-b) = a
4. (a : (-b)) x (-b) = a
5. ((-a) : (-b)) x b = a
6. ((-a) : (-b)) x (-b) = (-a)
0 comments:
Post a Comment